in

Festival Tunas Bahasa Ibu 2022, Bertutur Bahasa Ibu Itu Keren

Gayung bersambut, pemerintah  menangkap keresahan tersebut dengan menyusun program Merdeka Belajar bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah.

Kanabi Malakian, siswa SD Negeri Bintoro 5 Demak, saat didampingi Korwil Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Demak Hj Noor Sulistyawati serta Guru Mapel Bahasa Jawa Surina Muazizah, saat sebelum tampil pada ajang FTBI 2022 di Kabupaten Semarang. (istimewa)

DEMAK (jatengtoday.com) – SD Negeri Bintoro 5 Demak kembali terpilih mewakili Kabupaten Demak pada Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2022. Didampingi Guru  Bahasa Jawa Surina Muazizah, juga Korwil Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Demak Noor Sulistyawati, Kanabi Malakian percaya diri membawakan dongeng anak dalam Bahasa Jawa di panggung FTBI 2022 gelaran Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.

Kepala SD Negeri Bintoro 5 Demak H Kingkin Purwoko menyampaikan, keikutsertaan pada ajang FTBI tahun ini adalah kali kedua.

“Yang pertama tahun 2021 saat diselenggarakan di Solo. Ajang lomba Bahasa Jawa ini menjadi perhatian kami, seiring mulai lunturnya penggunaan dan berkurangnya jumlah penutur bahasa ibu dari generasi ke generasi,” ujarnya, beberapa waktu lalu.

Kondisi tersebut tentunya sangat memperihatinkan. Terlebih berdasarkan penelitian UNESCO selama 30 tahun terakhir terdapat sekitar 200-an bahasa daerah di dunia  punah. Khususnya di Indonesia, dari 718 bahasa daerah tak sedikit di antaranya terkategori terancam punah, kritis, dan punah.

Sebagai warga negara yang peduli akan kelestarian bahasa dan budaya bangsa, sekaligus sebagai pendidik, pastinya tidak bisa diam. Gayung bersambut, pemerintah  menangkap keresahan tersebut dengan menyusun program Merdeka Belajar bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah.

“Maka ketika 2021 Balai Bahasa Jawa Tengah menggelar FTBI dan SD Negeri Bintoro 5 ditunjuk mewakili, kami pun antusias melatih anak didik. Bahkan pengkaderan peserta lomba bahasa ibu rutin dilakukan setiap tahunnya, karena selain FTBI ada pula Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang  juga mengkompetisikan beberapa lomba Bahasa Jawa,” ujarnya.

Upaya menghidupkan bahasa ibu pada anak didik itu penting, menurut Kingkin Purwoko, karena dalam Bahasa Jawa terdapat tata krama yang selaras dengan pendidikan karakter. Meski pun pendidikan karakter sejatinya ada pada banyak bidang. Namun dengan mengikuti lomba Bahasa Jawa, rasa percaya diri berikut cinta tanah air sebagaimana profil pelajar Pancasila dapat ditumbuhkan dalam sekali rengkuh.

Terpisah, Korwil Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Demak Hj Noor Sulistyawati menambahkan, ada tiga kategori lomba Bahasa Jawa pada FTBI 2022 jenjang SD yang agendakan tiga hari (11-13 November) di Kabupaten Semarang. Yakni mendongeng, geguritan, dan membaca artikel dengan aksara atau huruf Jawa (ha na ca ra ka).

“Untuk kategori lomba geguritan putera dan puteri diwakili siswa-siswi SD utusan Korwil Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Karanganyar dan Sayung,” ujarnya.

Sedangkan untuk lomba mendongeng dalam bahasa Jawa, diwakili peserta didik utusan Korwil Demak, yakni dari SD Negeri Bintoro 5 dan SD Negeri Raji. Sementara untuk lomba membaca tulisan beraksara Jawa diwakili peserta didik dari Korwil Karangawen.

Melihat manfaatnya yang besar untuk menumbuhkan kecintaan pada budaya dan bahasa daerah, Noor Sulistyawati menyebutkan, hendaknya Bahasa Jawa tidak sekadar bagian dari mata pelajaran muatan lokal (mulok), namun harus terus dieksplor melalui kegiatan-kegiatan terintegrasi kegiatan seni budaya Jawa seperti karawitan, geguritan, pidato serta mendongeng dalam bahasa Jawa.

“Satu hal penting harus ditekankan pada anak-anak jaman ‘now’ adalah bertutur bahasa ibu itu keren. Bukan kuno apalagi kampungan. Karena dalam bahasa ibu, terdapat jati diri kita sebagai bangsa yang berbudaya dan berbudi pekerti luhur,” tandasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *