SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebanyak delapan hotel berbintang di Kota Semarang menyayangkan langkah panitia kejuaraan Motocross Grand Prix (MXGP) seri ke-13 yang berlangsung mulai Jumat-Minggu (6-8) Juli 2018 di Sirkuit BSB City Mijen Kota Semarang. Panitia dianggap tidak profesional.
Sebab, ada ratusan kamar hotel mangkrak karena telah ‘direservasi’ oleh panitia kejuaraan MXGP. Namun hingga Jumat (6/7/2018) tidak ada kejelasan. Sedianya, kamar-kamar hotel tersebut digunakan untuk menginap para pemain dan kru motocross dari berbagai negara. Namun prediksi itu ternyata meleset.
Akibatnya, pengusaha hotel mengalami kerugian. Sebab, selama ‘reservasi’ tersebut, pihak hotel tidak bisa menjual kamar kepada pemesan yang lain. “Kami kecewa berat. Di hotel tempat saya saja ada 200 kamar reservasi, sampai hari ini tidak ada kejelasan,” kata salah satu pengusaha hotel di Kota Semarang, BM, kepada jatengtoday.com.
Pengusaha yang enggan disebut namanya tersebut menceritakan kronologi awal pemesanan hotel oleh panitia MXGP tersebut. Awalnya, sejak dua bulan lalu. Pihaknya ditemui oleh Paten Tour yang mengurusi bidang akomodasi dalam event kejuaraan MXGP di Kota Semarang tersebut.
“Ada informasi bahwa Kota Semarang akan menjadi tuan rumah kejuaraan motocross. Sebelumnya event ini digelar di Pangkalpinang,” katanya.
Menurut perkiraan mereka, konon berdasarkan pengalaman event motocross di Pangkalpinang, jumlah penontonnya sebanyak 30 ribu orang. Baik pemain, kru, maupun penonton, didominasi dari luar kota dan luar negeri. Sehingga mereka membutuhkan penginapan. Di Semarang, konon juga tiket 57 ribu sudah ludes terjual.
“Kalau harga tiketnya saja segitu (Rp 150 ribu – Rp 1,5 juta), yang kuat beli hanya orang mampu. Tentunya juga memesan hotel,” katanya.
Atas pertimbangan itu, mereka kemudian ‘mereservasi’ penginapan kepada sejumlah hotel untuk memersiapkan kamar-kamar. “Bahkan di hotel tempat saya sejak pertama kali diblok 200 kamar,” katanya.
Tetapi reservasi tersebut tidak ada tanda jadi. “Ketika dimintai tanda jadi, dia bilang belum, belum, belum. Karena tidak ada kejelasan, jumlah kamar dikurangi menjadi 100 kamar. Bahkan hingga sekarang tidak ada kejelasan. Sehingga kami mengalami kerugian karena tidak berani menjual 100 kamar reservasi (yang sudah dipesan) tersebut,” katanya.
Tentu saja, ia kecewa karena tidak ada kejelasan. “Tanggal (4/7) sore sebagian kami jual ke pemesan lain. Ada informasi, katanya, pas final tanggal 8 banyak yang stay. Tetapi kan sampai sekarang tidak ada yang pesan. Ada kurang lebih delapan hotel yang ditunjuk oleh panitia kejuaraan motocross. Ternyata meleset. Memang, tidak ada kontrak tertulis karena saat itu kami berprinsip saling percaya saja,” ungkapnya.
Menurut BM, hotel yang sudah penuh ada empat, yakni Hotel Gumaya, Ciputra, Grand Candi, dan Novotel. “Kru-kru asing sudah stay disana semuanya. Kalau di Grand Arkenso kurang lebih 15-20-an merupakan kru-kru motocross Indonesia,” katanya.
Ia menyayangkan, penyelenggaraan event bertaraf international tidak bisa berjalan profesional. “Ya kami mendukung event seperti ini. Hanya saja saran kami, dari awal seharusnya ada tanda jadi saja. Puluhan hotel sudah dirilis, didaftar, dan menyiapkan kamar reservasi, ternyata meleset. Sampai sekarang ya hanya bisa berharap ‘mbok menowo’ di final ada pemesan, gitu aja,” katanya. (abdul mughis)
editor: ricky fitriyanto