SEMARANG (jatengtoday.com) – Indonesia, terutama masyarakat Jawa memiliki beraneka ragam tradisi-budaya. Hal itu membuat kultur masyarakatnya kaya pengetahuan, baik secara filosofi, kepercayaan, agama, tradisi budaya, hingga klenik.
Salah satunya dalam hal pengobatan. Tanpa mengesampingkan ilmu kesehatan ala kedokteran, berbagai ilmu atau metode pengobatan tradisional tersebut, diakui atau tidak, muncul dengan segala keunikannya.
Tak jarang keberadaannya menuai kontroversi karena dinilai bertentangan dengan ilmu dan teknologi kedokteran. Dibilang aneh dan tidak masuk akal, tapi nyata ada. Kadang memang tidak bisa dijangkau hanya dengan berbekal perangkat akal sehat belaka.
Sebab, pengobatan berbasis ilmu pengetahuan nenek moyang itu juga menyimpan misteri rahasia yang tak terjawab. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menembus tabir pengetahuan di kedalaman alam spiritual tersebut.
Redaksi Jatengtoday.com berusaha merangkum sejumlah metode pengobatan penyakit yang dianggap aneh, ajaib dan unik itu. Tentu saja ini hanya sekadar berbagi sekelumit pengetahuan tentang pengobatan tradisional berdasarkan fenomena kultur di Jawa Tengah dan sekitarnya. Soal percaya atau tidak, tentunya kembali kepada pembaca yang bijak.
1) Terapi Balur Tembakau Dr Gretha Zahar
Sosok kontroversial itu adalah Dr Gretha Zahar. Ahli kimia radiasi dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat. Lahir 1939 di Salatiga, Jawa Tengah, namun saat ini tinggal di daerah Sukorejo Kendal, Jawa Tengah.
Melalui riset mandiri yang dilakukan sejak 2000 silam, ilmuwan yang juga seorang dokter ini justru menemukan keistimewaan tanaman tembakau. Salah satu olahannya dikenal dengan sebutan rokok devine (tidak sama dengan rokok biasa).
Unsur zat yang berasal dari tembakau tersebut digunakan sebagai terapi mengatasi berbagai macam penyakit. Terapi tersebut kemudian dikenal dengan istilah Terapi Balur. Zat dari tembakau tersebut digunakan sebagai peluruh atau menjinakkan radikal bebas atau sumber yang menyebabkan penyakit dalam tubuh manusia.
Berbagai macam penyakit degeneratif, seperti kanker, stroke, alzheimer, dan lain-lain bisa diminimalisasi menggunakan metode balur ini. Konsep metode balur menggunakan formula asam amino untuk menangkap radikal bebas yang disebut scavenger. Ini menjadi upaya mengeluarkan zat merkuri yang merupakan racun dalam tubuh.
Secara teknis, terapi balur memiliki proses berkelanjutan secara rutin hingga kurang lebih 30 kali terapi. Salah satu metode di bagian awal, relawan (tidak disebut pasien), dilakukan terapi balur tubuh dengan cara terlentang di atas tempat tidur yang dilapisi tembaga. Termasuk ruangan terdapat unsur tembaga.
Tubuh relawan juga dibalut alumunium foil selama kurang lebih 10 menit.
Fase itu untuk menghasilkan energi listrik dari tubuh pasien. Energi listrik itu untuk membuang merkuri dari radikal bebas, yang merupakan racun penyakit di dalam tubuh manusia. Konon, tidak boleh ada alat elektronik di dalam ruangan tersebut. Sebab, secara otomatis tubuh relawan tersebut menghasilkan energi listrik yang bisa memengaruhi kerusakan barang elektronik yang berada di sekitar ruangan.
Pembaluran dilakukan menggunakan tembakau yang sudah disterilkan. Bukan tembakau biasa. Termasuk rokok kretek yang digunakan asapnya berjenis devine. Lubang pori-pori relawan diberikan rangsangan menggunakan asap tembakau devine. Rokok kretek devine tersebut juga steril untuk diisap oleh relawan. Bahkan dipercaya menyehatkan.
Tentu saja, penemuan pengobatan menggunakan tembakau oleh Dr Gretha Zahar ini menuai kontroversi yang tak berkesudahan. Para ahli medis ilmu kedokteran menentang, karena selama ini kedokteran sepakat bahwa rokok merusak kesehatan dan memicu berbagai penyakit. Namun hal itu justru dipatahkan oleh Dr Gretha Zahar melalui penelitian ilmiahnya.
Metode Terapi Balur ini juga tidak mengklaim bisa menyembuhkan. Tetapi banyak pasien dari berbagai penyakit mengalami kualitas perbaikan kesehatan.
Bahkan seorang ahli Biologi Molekuler sekaligus Nanobiologi dari Universitas Brawijaya Malang, Prof Sutiman Bambang Sumitro mengikuti jejak penemuan Dr Gretha Zahar tersebut. Ia melakukan kajian mendalam dari sudut pandang sains.
Secara spesifik, menurut dia, asap kretek biomasa berbahan tembakau dan cengkih dipilih karena dalam perspektif nanosains nikotin-emas tembakau bersifat pembersih (cleaner) dan komponen struktur tar (sensitizer) nikotin dan cengkih merupakan rangkaian nanostruktur yang istimewa.
Tidak hanya itu, bahkan sejumlah tokoh profesor maupun dokter di Fakultas Kedokteran Undip Semarang tercatat pernah menjadi relawan Terapi Balur asuhan Dr Gretha Zahar. Saat ini, Terapi Balur ini bisa ditemui di Griya Balur Muria Kudus, Griya Balur Jakarta, Malang, Semarang dan Kulonprogo, Yogyakarta.
2) Terapi Sengatan Lebah
Terapi ini menggunakan metode sengatan lebah. Diperkenalkan oleh Prof. Dr. Hendro Wardoyo di Moyudan, Sumberrahayu, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Ia kemudian mendirikan klinik Apitherapi Kusuma.
Terapi ini juga dipercaya mampu mengatasi berbagai macam penyakit. Mulai dari darah tinggi, kanker, tumor, diabetes, rematik, stroke, jantung hingga penyakit mematikan semacam HIV/AIDS.
Dalam teknisnya, pengobatan ini dilakukan dengan cara mengambil lebah dengan pinset. Kemudian lebah tersebut disengatkan di titik saraf tubuh. Sengatan lebah itu dipercaya mampu mengalirkan racun yang bekerja dalam tubuh untuk membantu menjinakkan virus penyakit. Sengatan lebah tersebut juga dipercaya membantu memerbaiki sistem dan fungsi saraf. Apabila saraf telah normal, maka keluhan sakit yang diderita pasien berkurang hingga menghilang.
Tidak semua jenis lebah bisa digunakan. Terapi ini hanya menggunakan lebah penghasil madu jenis Apis Mellyfera. Berdasarkan penelitiannya, jenis lebah ini dipercaya mengeluarkan racun yang mengandung venom. Venom tersebut mengandung sedikitnya 40 zat yang berfungsi menormalkan saraf.
Terapi sengat lebah ini juga diklaim sangat kecil efek samping, yakni hanya 1 persen. Konon, terapi sengatan lebah yang dipopulerkan oleh Prof. Dr. Hendro Wardoyo ini juga telah diakui oleh World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia. Kitab suci umat Islam, Al-Quran juga memuat tentang misteri lebah dalam Surat An-Nahl ayat 69.
3) Terapi Sundut Bara Besi atau Terapi Key
Terapi ini terkesan ekstrim, sebab teknisnya dilakukan dengan cara menyundutkan ujung bara besi menganga usai dibakar. Ekstrim yah?
Tapi tak perlu takut. Sundutan bara besi itu tak kurang satu detik dikenakan di titik saraf telapak kaki pasien. Selain itu juga menggunakan media telor ayam. Sama dengan terapi lain, berbagai pasien dengan bermacam penyakit, mengklaim membaik setelah dilakukan terapi. Bahkan setiap harinya tak putus orang datang.
Terapi ini dipopulerkan oleh seorang tabib bernama Habib Sholeh Bin Ali Bin Yahya di sebuah masjid berbentuk mirip kapal Nabi Nuh di Kampung Padaan, Desa Podorejo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
Terapi pengobatan alternatif sundutan bara api ini juga dikenal Terapi Kay. Metode ini sebetulnya berasal dari negeri Yaman dan telah dikenal ribuan tahun silam. Namun tidak populer karena sangat jarang yang memelajarinya.
Orang yang memelajarinya hanya segelintir keturunan Arab yang masih merawat tradisi.
“Terapi Key, menggunakan bara besi ini dari Yaman. Ini salah satu pengobatan yang dianjurkan oleh Rasullullah Muhammad SAW,” kata Habib Sholeh Bin Ali Bin Yahya.
Media telor digunakan untuk merangsang sel-sel saraf. Fungsinya, kata Habib Sholeh, untuk menetralisir sirkulasi darah. Sedangkan bara besi usai dibakar, untuk memerlancar metabolisme tubuh dan membunuh kuman-kuman sel di dalam tubuh manusia. “Di dalam tubuh manusia itu pasti ada kuman. Metode besi bakar ini bisa untuk membunuh sel-sel kuman,” katanya.
Tidak diklaim bisa menyembuhkan. Sebab, kesembuhan hanya ada di tangan Tuhan. Tetapi sebagian besar dari ribuan pasien mengklaim membaik dari penyakit.
“Bahkan pasien stroke yang datang menggunakan kursi roda, setelah dilakukan Terapi Kay, pulangnya bisa berjalan kaki dengan mendorong kursi rodanya sendiri,” katanya.
Ada sejumlah penyakit yang efek perbaikannya bisa dirasakan secara langsung. Tetapi ada juga jenis penyakit yang diperlukan terapi dalam kurun waktu cukup panjang. Habib Sholeh selama membantu pengobatan tidak memungut biaya sepeserpun alias gratis.
4) Misteri Lurah Samidi
Sosok pria sederhana, dengan logat Bahasa Jawa blak-blakan itu bernama Samidi. Dia merupakan sosok lurah atau Kepala Desa Genengan, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.
Di sela kesibukannya menjalankan tugas sebagai perangkat desa, nama Samidi tersohor sebagai seorang spiritualis pengobatan ‘alternatif’ atau tradisional. Praktik pengobatan yang dilakukannya kontroversial. Sebab, banyak orang memercayai bahwa melalui perantara pria tersebut nyaris segala macam penyakit membaik.
Anehnya, tidak ada metode khusus yang diketahui khalayak publik. Bahkan Samidi hanya mengumpulkan para ‘pasien’ yang memiliki kesamaan penyakit di sebuah ruang. Lalu ia dengan keyakinannya berkata “Sembuh”. Sebagian besar orang yang datang mengklaim bahwa penyakit yang selama ini diderita sembuh. Setiap hari tak kurang 70 orang antre dari berbagai daerah dan aneka ragam penyakit.
Samidi tidak memungut biaya pengobatan kepada orang yang datang dalam bentuk uang. Melainkan setiap ‘pasien’ hanya diminta memberikan dua bungkus rokok sesuai dengan rokok kesukaannya. Jika Anda mengantar dua orang untuk diobati, maka wajib membawa empat bungkus rokok. Nah, unik kan?
Setiap ilmu pengetahuan menginspirasi untuk berpijak dan berpikir lebih dalam. Sebab lapisan tabir kehidupan menyimpan lautan rahasia yang belum tersibak. (abdul mughis)
editor : ricky fitriyanto