SURAKARTA (jatengtoday.com) – Sanggar Greget Semarang terus berupaya menanamkan nilai tradisi pada generasi Z. Sanggar yang telah eksis sejak tahun 1972 ini, tetap konsisten merawat budaya sebagai akar pendidikan karakter generasi penerus bangsa.
Pengasuh Sanggar, Yoyok Bambang Priyambodo, mengatakan budaya menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial manusia. Khususnya di Jawa, lanjut dia, pemahaman akan budaya sangat diperlukan supaya seseorang tidak keliru dalam bersikap saat menjalani hidup.
“Kami selalu berupaya tanamkan pemahaman budaya, pemahaman moral, adab, unggah-ungguh, agar mereka (siswa sanggar) kelak saat dewasa tidak gegabah dalam menentukan sikap. Bagi saya, (pemahaman) ini penting, karena ini adalah pondasi, dan itu wajib dilatih secara disiplin. Sama seperti tari Prajurit Kusuma Nagara, yang kami bawakan dalam pentas kali ini,” kata Yoyok saat ditemui dalam acara Greget Festival Tari #64, di Taman Budaya Jawa Tengah, Sabtu (07/12/2024).
Yoyok menjelaskan, Tari Prajurit Kusuma Nagara menggambarkan soal prajurit putri yang terus berlatih mengolah ilmu kanuragan. Bersenjatakan trisula, dengan anggunnya melatih dan menyelaraskan gerakan jiwa dan raga. Menurutnya, hal ini sama dengan penanaman nilai tradisi, moral, serta adab.
“Jadi harus ditanamkan sejak kecil dan dilatih terus menerus. Supaya mereka (penari) tidak hanya belajar mengenai gerakan saja, tapi juga memahami maknanya,”imbuhnya.
Yoyok menilai di masa sekarang pemahaman moral serta adab sangat penting. Karena, lanjutnya, gen Z mendapatkan banyak sekali informasi melalui dunia maya. Sehingga, mereka mendapatkan asupan pengetahuan serta banyak realitas yang kemungkinan belum saatnya dikonsumsi.
“Maka itu, perlu pager (benteng). Kita lihat belakangan ada banyak sekali berita bertebaran orang menghina orang lain secara terang-terangan. Ada juga kejadian yang pelakunya playing victim. Jadi ini carut marut, kalau dalam pandangan saya. Maka Prajurit Kusuma Nagara perlu diolah ilmu kanuragannya. Dalam hal ini, pemahaman tradisi melalui seni tari,” papar Yoyok.
Lebih jauh, Yoyok menjelaskan pemberian tanggung jawab kepada anak muda juga bisa memantik kedisiplinan mereka. Namun, lanjutnya, sebagai orang tua yang membimbing harus menaruh kepercayaan lebih, agar anak muda tidak merasa setengah hati.
Sebagai contoh, papar Yoyok, dalam pagelaran Greget Festival Tari, dia memberikan tanggung jawab kepada putrinya, Sangghita Anjali sebagai pimpinan produksi sekaligus koreografer tari. Bukan cuma itu, putranya, Canadian Mahendra, juga didapuk untuk menjadi penata gending (musik).
“Ini bentuk tanggung jawab yang saya tanamkan ke mereka. Saya percaya, mereka sudah handle pagelaran ini beberapa kali. Dari situ tanggung jawab muncul, diimbangi dengan pemahaman tradisi, maka saya percaya dan mereka bisa,” tandasnya.
Dalam pagelaran tersebut, Sanggar Greget menampilkan 16 sajian tari. Beberapa di antaranya adalah Tari Terompet, Tari Nyai Dhapu, dan Tari Pandanaran Nyai Brintik. Selain itu, penghargaan juga diserahkan kepada beberapa sanggar di Jawa Tengah. (*)