Editing dari Bagian Paling Belakang
Mengapa editing dari belakang?
.. karena perilaku pembaca: ingin langsung lihat ending. Mereka bertanya, “Bagaimana akhir tulisan ini? Seperti apa kesimpulannya?”. Tidak semua orang suka skimming (membaca teliti, tanpa melewatkan) dan cenderung ingin mengerti intinya. Selain itu, sebagian pembaca memang suka membaca dari belakang, seperti ketika membuka majalah, ingin mulai membolak-balik halaman dari belakang.
Pilih siapa pembacamu sebelum menulis dan ketika editing, pahami perilaku pembaca kamu.
Lebih detail tentang editing, baca ini:
✔️ Lebih Cepat Dimuat di Media Online (Daftar Periksa Editing Berita dan Artikel)
Bisa menjadi panduan bagi editor dan penulis sebelum menerbitkan berita atau artikel. Jalan tercepat agar tulisanmu dimuat di media online.
Sekarang, saya punya tips editing untuk pembaca yang suka membaca dari bagian paling belakang.
Mengapa dari belakang? Banyak pembaca terbiasa baca judul, lead, kemudian scanning, scroll terus-menerus dengan cepat dan ingin segera mengerti, “Seperti apa ending artikel ini?”.
Itu sebabnya, dalam menulis content panjang, sebaiknya kamu tanamkan elemen-elemen grafis (atau yang dianggap grafis), agar perhatian pembaca tersita sebentar. Jika hanya berisi teks panjang, mereka akan kabur. Berikan subheading, foto, blockquote, infografik, embed content dari media sosial, dst. agar mereka berhenti dan membaca dengan teliti.
Tentang pentingnya “nutgraph”, saya jelaskan di sini:
Ending biasanya berisi penutup. Tempat kamu mengatakan, “Ini manfaat yang bisa saya bagikan kepadamu.”, disusul call to action (CTA), ajakan bertindak.
Tahu di mana masalahnya? Ketika kamu lakukan editing dari belakang, kamu sedang memikirkan, “Apa yang terjadi ketika pembaca langsung melihat akhir artikel?”.
Kamu (sebagai pembaca, ketika editing) mencari konteks, “Kok tiba-tiba ngomong begini?”. Itu pertanyaan mencari konteks. Apakah dia akan scroll ke atas? Membaca mundur?
Yang perlu kamu lakukan: periksa paragraf. Cari konteks paragraf ini. Sampai ketemu.
Sudah temukan konteksnya? Gagasan paragraf harus jelas. Semudah mungkin. Mau deskripsi, step by step, harus ada kalimat (dalam paragraf itu) yang mewakili gagasan utama.
Buat orang selalu mundur, dengan memberikan konteks.
Saya berikan contoh, taktik agar orang selalu mundur, jika ia memulai dari “belakang” atau dari manapun, untuk mencari “konteks” yang ia baca.
Intinya begini: ketika orang membaca suatu paragraf, dengan melompat begitu saja (tidak urut), apakah kira-kira dia akan mencari konteksnya? Jika mencari, maka mereka akan scroll ke atas, untuk menemukan bagian mana yang menjelaskan paragraf ini.
Misalnya, ketika orang membaca ini:
Download SandBoxie
https://
*) Saya pilih versi Classic. Jaminan Windows 10 nggak kena virus dan tidak error lagi. Tentang pemakaiannya, baca di penjelasan sebelumnya.
Pembaca menemukan apa yang mereka cari: nama aplikasi, cara download, dan fungsinya.”. Konteks yang saya tanamkan di sini adalah “tentang pemakaiannya, baca di penjelasan sebelumnya.”. Itulah yang membuat pembaca “kembali ke paragraf sebelumnya”. Mereka akan baca lebih teliti dan mencari bagian mana yang menjelaskan cara pemakaian aplikasi ini.
Konteksnya ada di kalimat “Tentang pemakaiannya, baca di penjelasan sebelumnya.”. Kalau pembaca sampai di paragraf ini, tanpa perhatikan paragraf sebelumnya, ia akan bertanya, “Mana penjelasannya?”. Pembaca akan mundur untuk baca lebih detail.
Misalnya lagi, paragraf ini:
Selain kesalahan “ad hominem”, serangan lain bernama kesalahan “manusia jerami”. Pembicara membingkai fakta untuk menyerang lawan. Apa bedanya dengan “ad hominem?”
Paragraf itu menjelaskan kesalahan “manusia jerami”, namun tidak menjelaskan “ad hominem”.
Yang bisa menjadi konteks adalah kalimat penghubung. Kalimat penghubung memiliki kekuatan sakti: dia menghubungkan paragraf.
Jika ada pertanyaan tentang hubungan antarparagraf, itu pertanyaan tentang membuat kalimat penghubung.
Dengan cara di atas, kita bisa pastikan, orang akan baca dari awal sampai selesai.
Kekuatan Kalimat Penghubung
.. sebagai mata-rantai yang kuat, agar orang tidak berhenti baca tulisanmu dan kamu bisa mainkan emosi dan pikiran mereka.
Di awal atau akhir paragraf, tambahkan kalimat penghubung.
Ini seperti tali pengikat, atau marka pengarah jalan. Orang bisa melihat kesatuan, tahu arah, dan tidak berhenti membaca, karena ada kalimat penghubung.
Bentuk Kalimat Penghubung
Pertanyaan
Pilih pertanyaan provokatif. Ulangi pertanyaan yang kamu tahu ada di pikiran pembaca. Tunjukkan, kamu akan bicara “tentang ini”.
“Apa yang terjadi ketika ini kita klik?”
“Kamu tahu mengapa metode lama itu tidak berhasil?”
Loop Terbuka untuk Menahan Informasi
Sebutkan “manfaat” (benefit), atau “manfaat dari manfaat” (benefit of benefit). Ingat, kamu tampilkan fitur bukan untuk menjual fitur. Kamu menjual manfaat, atau manfaat dari manfaat.
“Sebelumnya, saya ingin berbagi rahasia, mengapa SandBoxie dan AdWare Cleaner bisa atasi masalah virus dan error di Windows 10..”
“Ini yang mengejutkan, setelah..”
“Lihat bersama, kondisi “sebelum” dan “sesudah” kamu gunakan ArtStory”.
“Ternyata, ada aplikasi untuk edit foto yang lebih keren daripada Photoshop, tanpa perlu install..”.
“Jadi, ini langkah terpenting yang perlu kita lakukan..”
Membuat Kalimat Penghubung
Menyederhanakan Konsep
Agar orang tidak ribet memahami teori, lakukan parafrase yang ringkas. Pastikan orang tidak perlu berpikir pusing dan mengerti apa yang kamu maksudkan.
“Yang dihitung sebagai earning (pemasukan) hanya kalau member di Medium baca tulisanmu, jadi kamu tidak perlu habiskan energi untuk datangkan traffic dari luar..”.
“Peringatan di browser yang bilang kalau Android kamu terinfeksi virus, sebenarnya hanya iklan agar kamu install aplikasi yang ditawarkan. Lewati saja. Jangan klik link di halaman itu. Android tetap aman.”
Gunakan Empati
Kamu pernah alami “kejadian ini” dan ingin berbagi pengalaman. Kamu tahu persis akar masalahnya. Kamu memasuki pikiran pembaca.
Pengalaman bisa disederhanakan menjadi 3 ungkapan: “pernah ke sana” (mengalami), “merasakan”, dan “ingin”. Kembangkan 3 hal itu, maka pembaca akan merasakan kamu berbagi pengalaman.
Tunjukkan. Screenshot dengan caption “ini yang terjadi pada Android saya ketika..” lebih berbicara daripada kalimat panjang. Foto kamu sedang di suatu taman sudah menunjukkan kamu pernah di taman itu.
Bangun Ketegangan
Konsepnya, suatu tulisan adalah “perjalanan” (journey), yang mengubah pembaca “sebelum” menjadi “setelah”.
Ibarat suatu film epik, dalam tulisan ada perubahan, ada plot twist, ada adegan di mana Sang Pahlawan bertarung melawan Naga besar. Momen seperti ini, di dalam tulisan, adalah bagian yang ditunggu pembaca, di mana mereka ingin tahu “akhir pertempuran”.
Ketegangan harus dibangun.
“Masalah ini tidak berhenti. Kerugian lain, saya dapat. Sampai waktu saya habis untuk benahi editing. Kemudian, saya dapat ide baru yang membuat hari saya berubah sama sekali menjadi cerah. Idenya begini..”.
- Berikan tanda quote jika itu quote.
- Tambahkan style bold atau italic jika perlu.
- Subheading bisa membuat orang sadar mereka sedang baca apa.
- Periksa lagi setiap paragraf yang sudah kamu buat, ketika editing. Mana kalimat penghubung paragraf itu?
Perkuat lagi, menjadi mata-rantai pengikat yang kuat. Itu yang membuat pembaca tidak mau berhenti ketika membaca dan ingin membaca lebih teliti. Emosi dan pikiran mereka dapat kamu kendalikan dengan kekuatan kata-kata. [dm]
—-