SEMARANG (jatengtoday.com) – Salah satu pemicu yang menyebabkan masih tingginya penyebaran virus berbahaya HIV/AIDS adalah tren Lelaki Suka Lelaki (LSL) atau homo seksual meningkat di Kota Semarang.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang mencatat temuan peningkatan penderita virus ini berasal dari tren LSL atau homo seksual. Pada 2013, ditemukan 43 kasus, 2014 sebanyak 73 kasus, 2015 sebanyak 63 kasus, 2016 sebanyak 112 kasus, 2017 sebanyak 147 kasus, dan 2018 sebanyak 110 kasus.
“Tren LSL tersebut meningkat dalam kurun waktu 6 tahun terakhir,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Widoyono, Kamis (3/1/2019).
Dikatakannya, perilaku homo seksual yang sangat tinggi ini memicu terjadinya penyebaran HIV/AIDS. Jumlah temuan kasus penyebaran HIV dari perilaku homo seksual ini justru lebih tinggi dibandingkan dengan penyebaran oleh Wanita Pekerja Seks (WPS) di Kota Semarang.
Data temuan kasus dari WPS sejak 6 tahun terakhir justru cenderung menurun. Di 2013 sebanyak 40 kasus, 2014 sebanyak 41 kasus, di 2015 sebanyak 47 kasus, 2016 sebanyak 30 kasus, 2017 sebanyak 43 kasus, dan 2018 sebanyak 35 kasus.
“Secara kumulatif dilihat dari jenis kelamin, penderita didominasi kaum lelaki yang mencapai 58 persen atau 338 orang. Sedangkan perempuan 42 persen atau sebanyak 2018 orang,” katanya.
Pihaknya mengaku terus melakukan pendampingan kepada Orang Dengan HIV/AIDS (Odha) hingga layanan pengobatan gratis. “Ada fenomena baru di Kota Semarang yang menjadi pemicu penyebaran penyakit HIV/AIDS yakni profesi Pria Pekerja Seks (PPS). Mereka ini melayani sesama jenis sekaligus juga melayani berlainan jenis,” ungkapnya.
Dia optimistis angka kematian akibat HIV/AIDS bisa ditekan. “Tidak hanya pendampingan dan pengobatan gratis, tetapi selama perawatan juga gratis,” tegasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto