“Kalau dia bisa mempertahankan kualitas, mengembangkan pemasaran, pasti dia bisa berkembang,”
SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebanyak 3.770 pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota Semarang didorong agar bisa memanfaatkan digitalisasi industri. Untuk mendukung hal tersebut, Kementerian Perindustrian memberikan bantuan peralatan operasional industri bagi pelaku IKM.
“Untuk mendorong produktivitas, diberikan peralatan pendukung produksi. Kalau diberikan uang kan kita nggak tahu uangnya dipakai untuk apa,” kata anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Juliari P. Batubara, saat mengawal penyaluran bantuan peralatan industri di Kantor Kecamatan Semarang Barat, Jumat (7/9/2018).
Melibatkan Dinas Perindustrian Kota Semarang, bantuan peralatan tersebut diprioritaskan bagi para pelaku IKM yang membutuhkan. “Totalnya 19 item, ada alat perbengkelan, pengasapan bandeng, alat pencetakan, dan lain-lain,” katanya.
Bantuan tersebut, kata Juliari, hanya bersifat mendorong agar para pelaku lebih bersemangat mengembangkan industri. Memang baru sebagian kecil yang mendapatkan. “Namanya usaha, kan tidak bisa 100 persen dibantu oleh negara. Sukses atau tidaknya juga tergantung si pelakunya,” katanya.
Hal terpenting dalam berwirausaha mandiri, lanjut Juliari, adalah keuletan dalam mengembangkan usahanya. “Kalau dia bisa mempertahankan kualitas, mengembangkan pemasaran, pasti dia bisa berkembang,” katanya.
Dalam pemasaran, para pelaku dibantu oleh Dinas Perindustrian Kota Semarang. “Tujuannya agar para pelaku industri kecil ini bisa menjadi tuan rumah di kotanya sendiri,” katanya.
Sekarang ini, banyak platform digitalisasi industri yang bisa dimanfaatkan sebagai pengembangan media pemasaran. Sehingga pemasarannya bisa menjangkau wilayah lebih luas. “Saya sudah minta Kadis Perindustrian Kota Semarang agar nanti bikin acara khusus. Teman-teman pelaku e-commerce dari Jakarta agar diundang. Mereka bisa display produknya secara digital,” katanya.
Menurutnya, e-commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet di era sekarang ini sudah menjadi hal penting.
“Sekarang bikin toko juga membutuhkan biaya besar. Iya kalau pembeli mau datang. Misalnya bikin sentra. Udah dibikin sentra industri bagus, ada yang datang nggak? Orang tidak bisa dipaksa. Sekarang ini orang sudah menggunakan handphone untuk belanja. Digitalisasi perdagangan harus bisa dimanfaatkan,” katanya.
Kepala Dinas Perindustrian Kota Semarang, Nurjanah mengatakan, kondisi IKM dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Tercatat saat ini tak kurang dari 3.770 pelaku IKM di Kota Semarang.
Namun ia mengaku masih menemui kendala permodalan dan pemasaran. Berbagai upaya untuk mencari solusi terhadap kendala yang dihadapi telah dilakukan.
“Oleh karena itu, kami melakukan pembinaan. Baik dari produksi peningkatan SDM, pemasaran, dan standarisasi mutu,” katanya.
Saat ini, sedikitnya pihaknya membentuk 20 sentra industri. “Ada sentra batik, ikan bandeng, tempe, handicraft dan sebagainya. Ini terus kami bina agar berkembang, produksinya meningkat, serta untuk pemasaran lebih luas. Sehingga industri di Semarang bisa lebih maju,” katanya.
Nurjanah juga mengaku, adanya isu penurunan nilai rupiah terhadap dollar tidak memengaruhi industri kecil. “Bahan baku sebagian besar berasal dari lokal. Misalnya bandeng itu murni lokal. Baik dari Semarang sendiri maupun dari kota sekitar, seperti Juwana, Pati. Termasuk bumbu-bumbunya. Sehingga tidak terpengaruh adanya dollar naik,” katanya.
Terkait penerima bantuan dari Kementerian Perindustrian ada tiga kelompok sentra industri. Kelompok sentra bengkel setel pintu, ada 20 set untuk 20 orang, masing-masing set ada 19 item. Di sentra bandeng presto, ada lima unit alat, sentra ikan asap ada 23 freezer. “Permintaan alat ini berdasarkan permintaan pelaku IKM itu sendiri. Kami memfasilitasi saja,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto