in

Mengatasi Hambatan Pikiran yang Memintamu Berhenti Berkarya (Buku Do the Work! Steven Pressfield)

Pikiran yang selalu ajak kamu berhenti berkarya, bagaimana mengatasinya? Bacaan wajib untuk atasi “perlawanan” (resistance) dalam pikiran sendiri, bagi pebisnis dan seniman yang ingin ubah keadaan dan dunia mereka.

cover dan ilustrasi buku do the work steven pressfield
"Perlawanan" (resistance) datang dari pikiran sendiri, mengajakmu tidak berkarya. Buku ini bacaan wajib para pebisnis dan seniman yang ingin melampaui keadaan biasa dan mengubah dunia mereka. (Credit: Pressfield, Amazon, Dorian)

Buku ini berisi manifesto yang benar. Ajakan bertindak. Pukulan telak untuk orang-orang kreatif. Tentang bagaimana mengatasi “perlawanan” (resistance) yang selalu membuat orang dipenuhi pikiran untuk berhenti dan tidak mau berkarya.

Kita terlalu sering melawan “perlawanan” (hambatan).

Pressfield memakai istilah “resistance” (perlawanan) untuk keraguan aktif yang datang dari pikiran kita sendiri, yang memblokir energi kreatif untuk memulai. “Perlawanan” terjadi ketika kamu “merasa benar untuk tidak bekerja”, ragu-ragu, merasa tidak bisa, terlalu banyak hambatan, sampai akhirnya pikiran membenarkan untuk berhenti dan tidak bekerja. Tidak membuat sesuatu.

“Perlawanan” itu negatif. mendorong orang untuk menjauh, mengalihkan perhatian, mencegah bekerja dan bertindak. “Perlawanan” selalu berbisik membenarkan kalau kamu berhenti kreatif.

Cover Buku Do the Work, Steven Pressfield, 2015 (Credit: Amazon)

Steven Pressfield, Do the Work: Overcome Resistance and Get Out of Your Own Way Edisi Paperback – March 13, 2015
ISBN: 1936719010 https://amzn.to/3pWmx3K

Semakin penting panggilan atau tindakan bagi evolusi jiwa kita, untuk kreatif, semakin kuat “perlawanan” mengajak untuk “tidak”.

Singkatnya, kalau pikiranmu berbisik untuk berhenti dan menyerah, itulah “perlawanan”. Itulah jaminan kegagalanmu di masa depan, karena menyerah.

Apakah kamu takut untuk melanjutkan kerja kreatif? Berita baiknya, rasa takut itu tidak bisa kamu hilangkan. Rasa takut tidak hilang. Pertempuran harus dilakukan lagi setiap hari.

Selain “perlawanan”, kerja seniman dan kerja kreatif punya musuh bernama “pemikiran rasional”. Dalam pemikiran “rasional” selalu mencari pembenaran, “menurut logika..”, “lihatlah sebelumnya..”, semua itu mengarah bukan kepada kebenaran, tetapi kepada apa yang telah terjadi. Lompatan tidak terjadi kalau selalu menoleh pada masa lalu. Lompatan terjadi karena kita ingin lakukan sesuatu yang berbeda, yang “sekarang” dianggap tidak masuk akal.

Masalah lain, bernama “teman dan keluarga”. Mereka merasa mengenal kita apa adanya, tahu karakter kita. Teman dan keluarga ingin menjaga kita apa adanya, mereka ingin kita ini apa adanya, tidak berubah.

Kamu perlu teman baru.

Kamu perlu untuk “tidak tahu” dan “lantang”, untuk menempuh jalan bisnis dan seni.

Persiapkan diri kamu untuk mendapatkan teman baru.

Ketidaktahuan dan kesombongan adalah sekutu yang sangat diperlukan seniman dan pengusaha. Tidak perlu rumit-rumit. Cukup “tidak tahu” bahwa yang akan kamu tempuh itu berat, yang penting, tempuh saja. Cukup “lantang” kepada diri sendiri bahwa kamu bisa melakukan ini.

Tempuh cita-cita dengan tetap “bodoh” dan tidak membiarkan diri kita berpikir “nanti bagaimana” dan “ada apa di depan sana”. Lihatlah anak kecil. Mereka bisa percaya hal-hal yang sulit dipercaya. Orang jenius dan seniman hebat juga memiliki semangat anak kecil ini.

Kebanyakan dari kita, yang sering memakai gagasan rasional, dan sering ragu-ragu, terlalu banyak berpikir tentang resiko dan “bagaimana jika..”. Akhirnya tidak bertindak dan berhenti sampai di sini.

Jangan berpikir. Bertindaklah. Kita selalu dapat merevisi dan memperbaiki nanti. Kita tidak mencapai apa-apa tanpa bertindak.

Kapan waktu terbaik untuk memulai? Mulailah Sebelum kamu siap. Jangan bersiap. Mulai saja.

Musuh kita sebenarnya adalah pikiran yang penuh “inner critics”, gagasan yang berkecamuk di dalam kepala yang selalu meragukan kita. Tidak ada 1 detik, pikiran sudah bisa menghasilkan alasan, alibi, pembenaran diri (untuk berhenti) yang sangat transparan, sejuta alasan mengapa kita boleh atau tidak boleh melakukan ini. Intinya, pikiran seperti ini hanya mengajak kita berhenti, menjatuhkan dirimu agar tidak bangun, dan akhirnya kamu tidak berkarya.

Ubah dengan keberanian. Rumus yang perlu kamu ingat: :Keberanian menghasilkan lebih banyak keberanian.”.

Penelitian (riset) bisa menjadi “perlawanan”.

Ingatlah, proses pembuahan terjadi pada tingkat dasar.

Lebih baik menjadi primitif daripada menjadi canggih, dan lebih baik menjadi bodoh daripada menjadi pintar.

Lebih baik menciptakan yang jelek daripada tidak membuat sama sekali. Tinjau dan perbaiki nanti.

Ketika menulis skenario, lakukan pekerjaan mundur. Pikirkan “ending” (akhir cerita). Seperti apa akhir cerita ini? Pecahkan klimaks dulu. Detail adegan menyusul. Sama halnya, ketika kamu membuka sebuah restoran. Mulailah dengan pengalaman yang kamu inginkan (masakan di sini harus lezat dan orang ingin datang lagi karena keramahan kami),

Cari tahu kemana kamu ingin pergi, kemudian mulailah bekerja mundur. Pikirkan hasilnya, baru mulai kerjakan sampai ke sana. Akhiri dulu, lalu awal dan tengah. Itu startup kamu. itu rencanamu. “Saya ingin begini. Bagaimana caranya?”.

Dalam buku ini, ketika Pressfield mengatakan “Jangan berpikir,” artinya.. Nggak usah dengarkan obrolan penghambat di pikiranmu. Abaikan gambar dan gagasan yang bertele-tele dan terputus-putus yang melayang di layar film pikiran kamu. Itu bukan pikiranmu. Biarkan mereka mengobrol sendiri. Semua itu adalah “perlawanan” (resistance).

Tujuan percakapan seperti itu adalah membuat dirimu damai untuk menjadi apa adanya, agar kamu seperti orang lain, agar kamu setuju dengan tatanan, disiplin, dan keadaan sekarang. Singkatnya, agar kamu tidak berubah dan tidak memulai perubahan. TIdak berkarya.

Dari mana asal pikiran kita sendiri yang sebenarnya? Bagaimana kita bisa mengaksesnya? Dari sumber manakah diri sejati kita yang sejati berbicara? Menjawab itulah pekerjaan yang kamu dan saya akan lakukan selama sisa hidup ini. Reaksi yang meminta berhenti. Itu juga “perlawanan”.

Perlawanan selalu kuat, cerdas, aktif, serba-cepat, ganas, tak-kenal lelah, tidak mau berhenti, dan tidak bisa dipadamkan. Tujuan “perlawanan” satu: membuat kita berhenti. Agar kita berhenti menjadi diri kita yang “bisa”, “terbaik” dalam mencapai tujuan lebih tinggi.

Semua prinsip yang dianut dalam buku ini, berdasarkan kebenaran di atas.

Tujuan dari setiap aksioma yang dikemukakan sejauh ini adalah untuk mengecoah, mengepung, dan mengakali “perlawanan”.

Perlawanan tidak bisa kita hilangkan. Perlawanan tidak pernah bisa hilang. Kita hanya perlu mengabaikan dan menonton perlawanan itu di pikiran kita. Biarkan saja. Teruskan pekerjaan.

Jangan bertindak dan melakukan reflreksi pada saat bersamaan. “Tindakan” berarti meletakkan kata-kata di atas kertas. “Refleksi” berarti mengevaluasi apa yang kita miliki di atas kertas.

Lupakan pemikiran rasional. Bermainlah. Bermain seperti anak kecil. Mengapa metode yang murni naluriah dan intuitif ini berhasil? Karena ide kita lebih pintar daripada kita sendiri.

Tugas kita bukanlah mengendalikan ide kita; tugas kita adalah mencari tahu apa ide kita (dan ingin menjadi apa) – dan kemudian mewujudkannya. Lagu yang kita buat sudah ada dalam potensi. Pekerjaan kita adalah menemukannya.

Bacalah Bob Dylan’s Chronicles. Upaya yang dia lakukan untuk menemukan lagu (atau aransemen atau mitra produser) melampaui kegilaan. Dia melakukan semuanya dengan naluri. Tak kenal takut, seperti anak kecil, naluri primitif.

Kalau kamu berpikir, “Ide ini terlalu gila, jangan lakukan..” sebenarnya itulah idenya, ide yang kita inginkan.

Setidaknya 2 kali seminggu, Pressfield selalu menanyakan ini:

  • “Tentang apa ini?” Terus perbaiki pemahaman kamu tentang tema; tetap persempit.
  • “Tentang apa proyek ini?”
  • “Apa temanya?”
  • “Apakah setiap elemen menyajikan tema itu?”

Tanyakan pada diri kamu, “Apa yang hilang?” Lalu isi celah itu.

Ada musuh. Ada kekuatan cerdas, aktif, jahat yang bekerja melawan kita.

“Itu akan membunuhmu. Itu akan membunuhmu seperti kanker. ” Musuh ini cerdas, serba cepat, keras kepala, tidak dapat dipadamkan, dan sangat kejam serta merusak. Tujuannya bukan untuk menghalangi atau menghambat atau menghalangi. Tujuannya adalah untuk membunuh.

Musuh Ini Ada di dalam Diri Kamu

Semua kekuatan di luar pengadilan, seperti ketenaran dan ego (belum lagi penggemar gila, pers, agen, sponsor, dan mantan istri), yang bekerja melawan peluang para pemain untuk sukses di lapangan. Pressfield menyebut kekuata ini sebagai “lawan periferal” (lawan pinggiran, di mana-mana).

Perlawanan bukanlah lawan periferal. Itu tidak muncul dari saingan, bos, pasangan, anak-anak, teroris, pelobi, atau musuh politik. Itu berasal dari kami.

Musuh Ada di dalam Diri Kamu Tetapi Bukan Kamu

Perlawanan muncul kedua. Yang didahulukan adalah ide, hasrat, impian pekerjaan yang sangat ingin kitai ciptakan sehingga membuat kita takut. Perlawanan adalah respons ego kecil yang ketakutan, picik, kecil terhadap dorongan berani, murah hati, dan luar biasa dari diri kreatif.

Kebalikan dari rasa takut adalah cinta. Cinta tantangan, cinta pekerjaan, passion murni yang penuh kegembiraan untuk mengambil gambar impian kita dan melihat apakah kita dapat melakukannya.

Ujian Nomor Satu “Seberapa Buruk Kamu Inginkan Itu?”

Mencoba-coba. Tertarik . Tertarik tetapi Tidak Pasti. Bergairah. Berkomitmen Total.

Jika jawaban kamu bukanlah jawaban paling kanan, letakkan buku ini dan buang.

Satu-satunya hal yang dapat kamu simpan adalah cinta untuk pekerjaan, keinginan untuk menyelesaikan, dan semangat untuk melayani “muse” (godaan kreatif) yang etis dan kreatif.

“Kecelakaan” berarti kita berada di ambang untuk mempelajari sesuatu, yang berarti kita menjadi lebih baik, kita memperoleh kebijaksanaan dari keahlian kita. Crash memaksa kita untuk mencari tahu apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil – dan untuk memahami perbedaannya.

Buku Do the Work ini menyulut api kreatif, memicu orang untuk kembali melihat kekuatannya dan berpegang pada prinsip-prinsip sederhana. Bukan deretan temuan ilmiah atau riset dengan angka statistik. Buku ini bacaan wajib bagi pebisnis dan seniman yang ingin memulai startup dan kerja kreatif.

Tahu kenapa pikiran kamu meragukan dirimu? Karena pikiran itu belum pernah melihat kamu melakukannya. Begitu kamu lakukan, pikiran itu akan berkata, “Ternyata kamu bisa. Ayo, perbaiki lagi.”. Jadi, lakukan saja. Perbaiki nanti. [dm]

Day Milovich

Webmaster, artworker, penulis, konsultan media, tinggal di Rembang dan Semarang.