SEMARANG (jatengtoday.com) – GKJT memang bukan gedung baru. Tapi sampai sekarang, tempat yang seharusnya menjadi pusat kesenian itu masih sepi. Sangat kontras dengan gedung kesenian milik kabupaten/kota.
Kesehariannya, GKJT nyaris tak ada orang. Apalagi aktivitas. Sekadar tempat berkumpul seniman saja tidak. Karena itu, tidak heran jika tempat parkir dan area sekitar GKJT ditumbuhi rumput liar hingga cukup tinggi.
Meski begitu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng yang bertanggung jawab mengurus GKJT terus berusaha mengembangkannya. Biar ngos-ngosan, sejumlah strategi telah disiapkan. Salah satunya, tidak memungut biaya sepeser pun bagi kelompok seni yang menggelar pertunjukan di GKJT.
Kasubbag Tata Usaha Balai Pengembangan Seni Budaya dan Bahasa Daerah Disdikbud Jateng, Sugiyarto, mengaku memang sulit ‘menjual’ GKJT. Dia mengakui jika akses menuju gedung yang terbilang jauh dari pusat kota menjadi kendala.
“Kami terus berusaha. Untuk menarik perhatian seniman, kami akan gratiskan mereka kalau mau pakai gedungnya,” terangnya, Senin (20/8).
Dia menilai, perkembangan kesenian tradisi dan kebudayaan di Jateng terus bertumbuh. Dengan adanya para seniman yang terus berkarya, membuat Jateng semakin gayeng.
“Kami sudah bekerjasama dan berkomunikasi dengan seluruh sanggar-sanggar tari di 35 kabupaten/kota di Jateng untuk mengisi panggung GKJT secara rutin,” bebernya.
Sementara itu, praktisi seni tari, Yoyok Bambang Priyambodo mengucapkan terimakasih atas dukungan tersebut. Menurutnya, dukungan ini dapat memberikan ruang bagi banyak sanggar untuk menggelar pertunjukkan.
“Sekaligus sebagai sarana bagi banyak seniman untuk melatih kemampuan dengan kualitas gedung pertunjukkan yang memadai. Saya rasa ini cukup, dan masih bisa ditingkatkan. Agar kesenian di Jawa Tengah terus muncul,” tuturnya. (*)
editor : ricky fitriyanto