in

Dinilai Klaster Berbahaya Covid-19, Pasar Tradisional ‘Pelan-pelan’ Dibuka Kembali

SEMARANG (jatengyoday.com) – Pasar tradisional sejauh ini dinilai sebagai salah satu klaster penyebaran Covid-19. Kegiatan warga di pasar tradisional yang didatangi pendatang dari berbagai wilayah terbilang sulit terkontrol.

Hasil rapid test massal Pemkot Semarang yang dilakukan di sejumlah pasar tradisional belakangan ini sempat mengundang perhatian. Sebab, penyebaran Covid-19 yang berasal dari klaster pasar tradisional ini terbilang berantai.

Namun sejak diberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) hingga Jilid IV di Kota Semarang, “pelan-pelan” berbagai aktivitas masyarakat kembali dibuka. Pasar tradisional secara bertahap akan mulai dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan.

“Secara bertahap, kami mendorong berjalannya sejumlah penyesuaian dalam beraktivitas, dengan mempertimbangkan protokol kesehatan,” ungkap Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Minggu (28/6/2020). 

Dikatakannya, penyesuaian aktivitas diperlukan untuk mendorong roda perekonomian di Kota Semarang. “Ibu-ibu boleh berbelanja, berjualan tetapi harus pakai masker atau face shield. Kalau kemarin ada yang mengeluh, pakai masker sesak, ini sudah disediakan face shield harus dipakai. Kalau ada yang tidak pakai masker atau face shield tegur dan jangan dilayani,” tegas Hendi sapaan akrabnya.

Dia meyakini warga Ibu Kota Jawa Tengah dapat semakin bijak dalam menghadapi pandemi Covid-19. Salah satunya dengan lebih memahami tren statistik Covid-19 di Kota Semarang, walaupun angka positif terkonfirmasi tercatat sebanyak 612 orang.

“Namun di sisi lain tercatat angka kesembuhan yang cukup tinggi, yakni 672 orang sepanjang kasus Covid-19 ini terjadi di Kota Semarang,” katanya usai menghadiri pembukaan Pasar Sehat Semarang Hebat, di Pedurungan dan kawasan bundaran perumahan Tulus Harapan.

Dikatakannya, pandemi Covid-19 seperti pertandingan maraton, dengan fakta bahwa vaksin belum ditemukan, maka masyarakat harus beradaptasi untuk dapat menjalankan aktivitas. “Corona menimbulkan kekhawatiran dan kewaspadaan, namun kita harus semakin bijak menyikapinya. Maka aktivitas bisa berjalan, tetapi wajib dan harus disiplin jalankan SOP kesehatan,” ujarnya.

Masyarakat, lanjut Hendi, harus memiliki kesadaran dan disiplin untuk menjaga diri dan lingkungannya. Misalnya protokol kesehatan, mulai dari penggunaan masker, pemakaian sarung tangan dan seterusnya.

“Berbagai protokol standar kesehatan ini agar dapat dipatuhi bersama sehingga membuat seluruh pengunjung, pedagang dan konsumen tidak khawatir area pasar sebagai klaster berbahaya,” katanya.

Hendi juga mengharapkan agar sistem pembayaran di pasar rakyat menggunakan cashless. Selain itu, ia meminta agar warga tidak perlu khawatir jika bertemu petugas tes massal Covid-19. “Upaya pengetesan massal di berbagai tempat di Kota Semarang ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui sejauh mana sebaran virus tersebut. Jika semakin cepat diketahui, akan semakin baik penanganan serta pencegahannya,” katanya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto

Abdul Mughis