in

Dinahkodai Gus Yasin, Santri Gayeng Bagikan Sembako di Lapas Banjarnegara

BANJARNEGARA (jatengtoday.com) – Taj Yasin Maimoen atau akrab disapa Gus Yasin menakodai Komunitas Santri Gayeng Nusantara saat membagikan paket sembako di Lapas Banjarnegara.

Sebelumnya, Santri Gayeng mengajak Komunitas motor CB Banjarnegara untuk ngabuburit, Kamis (6/5/2021).

Selain menyerahkan bantuan untuk para janda dan anak yatim di kediaman KH Chamzah Hasan, pengasuh ponpes Tanbihul Ghofilin, Gus Yasin juga berbagi kebahagiaan dan motivasi di Lembaga Pemasyarakatan Banjarnegara.

Baca juga: Patungan, Santri Gayeng Bagikan 18 Ribu Paket Sembako untuk Kaum Dhuafa

Mengenakan sarung bermotif batik warna cokelat, Gus Yasin yang didampingi para pengurus koordinator Kabupaten Banjarnegara mengendarai sepeda motor CB tipe 125 dari Ponpes Tanbihul Ghofilin di Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang menuju Lapas dan Alun-alun Banjarnegara.

Motor CB rakitan tahun 1977 bernomor polisi AA 4520 AF itu, melaju dengan kecepatan rendah menuju sejumlah tempat tujuan bansos.

Tiba di Lapas Banjarnegara, Gus Yasin menyambangi para warga binaan yang sedang beraktivitas di dalam maupun di luar ruang tahanan.

Usai menyerahkan takjil dan sembako secara simbolis, Gus Yasin memberikan semangat dan berbincang ringan dengan sejumlah narapidana.

“Sementara kita serahkan sembako secara simbolis perwakilan keluarga yang di Lapas dan yang lainnya kita distribusikan sembako kepada keluarganya yang di rumah lewat jasa Grab/ojek online,” ungkap KH. Hakim Annaisaburi selaku koordinator Santri Gayeng Nusantara Kabupaten Banjarnegara.

Gus Yasin mengatakan, kegiatan bakti sosial di lapas tersebut merupakan wujud berbagi kebahagiaan dan rezeki dengan sesama.

Baca juga: Tak Ada Dispensasi Bagi Santri untuk Mudik, Gus Yasin: Ponpes Memang Berharap Bulan Puasa Full Mengaji

Selain itu juga memberikan semangat dan mengingatkan, bahwa mereka masuk ke rutan karena Allah masih sayang, diperingatkan, dan diselamatkan Allah.

Di hadapan para narapidana, Gus Yasin menceritakan kisah Fudhail bin Iyadh. Sebelum menjadi ulama ahli hadis, Fudhail merupakan ketua perampok dan akrab dengan dunia kajahatan selama 40 tahun.

Artinya, ada kesempatan untuk bisa berubah ketika keluar dari lapas, kemudian melanjutkan belajar di ponpes atau lembaga pendidikan lainnya.

“Tadi saya sampaikan jangan putus asa. Keluar dari rutan harus berubah siapa tahu mereka akan seperti Fudhail bin Iyadh. Selama 40 tahun menjadi ketua perampok, kemudian bertaubat hingga akhirnya menjadi ulama hadist,” ucapnya.

Sebelumnya, kegiatan Safari Ramadan tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan TPQ Darussalam sebesar Rp 25 juta, serta pembagian takjil dan sembako kepada semua janda dan anak yatim warga Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang. (*)

 

editor: ricky fitriyanto