in

Dewan Minta Disdik Kota Semarang Tak Buru-buru Berlakukan Sekolah Tatap Muka

SEMARANG (jatengtoday.com) – Penerapan sekolah sistem tatap muka di Kota Semarang ditargetkan terlaksana Desember 2020. Namun hal tersebut masih menunggu Dinas Kesehatan Kota Semarang mengenai perkembangan Covid-19. Apakah bisa dikategorikan zona kuning atau hijau.

Ketua DPRD Kota Semarang Kadarlusman meminta Dinas Pendidikan Kota Semarang tidak terburu-buru. “Menurut kacamata kami, ini memang dilematis. Kami pernah melakukan pembahasan mengenai hal tersebut. Sejumlah orang tua siswa menyampaikan keberatan kalau kondisinya masih seperti ini, karena paling rawan adalah anak-anak,” katanya, Senin (9/11/2020).

Dia menilai, sekolah tatap muka bisa diterapkan. Tetapi harus dilakukan uji coba terlebih dahulu. “Misalnya uji coba sekelas yang biasanya 30-40 siswa, jumlahnya dikurangi dulu, separuhnya, pantauan dan pengawasan bisa dilakukan secara maksimal. Karena sekolah SD favorit dan SD Negeri jelas berbeda,” ungkapnya.

Uji coba, menurutnya sangat penting karena anak-anak sangat rawan terjadi penularan. Sebab, mereka berasal dari latar belakang keluarga dan masyarakat beragam. “Di RSUP dr Kariadi saja sekarang tidak boleh meeting secara fisik. Itu di rumah sakit. Apalagi siswa ini kan tidak tahu persis tentang bahaya atau cara penularannya kan anak-anak SD tidak begitu paham,” katanya.

Apalagi kesiapan setiap sekolah di Kota Semarang berbeda-beda. “Bisa nggak sekolah memasang sekat meja dari plastik misalnya. Mejanya tidak jadi satu untuk mengatur jarak dan seterusnya,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Moch Abdul Hakam menjelaskan berdasarkan update data Covid-19 Kota Semarang per 9 November 2020 pukul 15.00 WIB, kasus aktif sejumlah 487 dengan rincian 354 KTP Semarang dan 133 luar Semarang. 

“Rata-rata trend kasus Covid-19 di Kota Semarang dalam dua pekan terakhir mengalami penurunan dan angka kesembuhan terus meningkat. Hari Minggu, 8 November lalu, kami memulangkan 30 pasien yang telah dinyatakan sembuh setelah proses isolasi di Rumdin. Hari ini dipulangkan 30 pasien. Jumlah yang masih dirawat di Rumah Isolasi Rumdin saat ini 94,” terang Hakam. 

Per tanggal 8 November, lanjut dia, menunjukkan penurunan angka kumulatif sejumlah 24 kasus. Meskipun mengalami penurunan trend kasus, masih ada dua kecamatan yang memiliki kasus aktif cukup tinggi.

“Saya sudah instruksikan ke jajaran untuk bergerak secara cepat untuk melakukan penanganan dan proses penyembuhan pasien,” terangnya.

Hakam mengaku setiap hari meninjau pasien di rumah dinas untuk ‘treatment’ pasien agar mempercepat proses penyembuhan. Saat ini, lanjut Hakam, kasus aktif di Kota Semarang berasal dari 3 klaster terbesar yakni keluarga, perusahaan dan perkantoran. “Terbanyak masih dari klaster keluarga,” ujarnya.

Mengenai apakah Kota Semarang segera bisa ditetapkan sebagai zona kuning atau hijau, Hakam mengimbau agar seluruh masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. “Kuncinya disiplin, kalau kita semua menerapakan protokol kesehatan sesuai instruksi pemerintah, Insya Allah angka kasus Covid-19 bisa ditekan,” ujarnya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto