PURWOREJO (jatengtoday.com) – Potensi gula semut dari aren di Desa Puspo, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo sedang digenjot. Industri ini digadang-gadang mampu mendongkrak perekonomian warga setempat yang masuk zona merah kemiskinan.
Tanaman aren memang banyak ditemukan di Desa Puspo. Selama ini, warga memanfaatkan nira aren untuk diolah menjadi gula merah yang dicetak menggunakan batok kelapa. Menjadi tambang rupiah, memang. Tapi tidak seberapa.
Melihat potensi itu, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop UKM) Jateng, menawarkan olahan nira lain yang bernilai lebih tinggi. Yakni gula semut, yang sudah punya jalan menembus pasar ekspor.
“Kami mengajak Koperasi Wanita Srikandi Purworejo, memberikan pelatihan membuat gula semut untuk Desa Puspo. Tapi bertahap. Pertama hanya diikuti 30 orang dari 210 petani. Kami targetkan setidaknya ada 100 orang dulu yang bisa produksi gula semut,” ucap Kepala Dinkop UKM Jateng, Ema Rachmawati di Desa Puspo, Kamis (3/10/2019).
Nantinya, seluruh produksi gula semut akan dibeli Koperasi Wanita Srikandi. “Srikandi sudah punya akses ekspor gula semut. Juga sudah punya banyak petani binaan di sekitar Purworejo. Kalau melihat potensi di Desa Puspo, bisa menghasilkan setidaknya 100 ton gula semut per bulan,” imbuhnya.
Dengan kerjasama ini, pihaknya berharap, Desa Puspo yang yang banyak dihuni warga miskin, bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Sebagai gambaran, nira yang diolah menjadi gula merah, hanya laku sekitar Rp 20 ribuan. Tapi jika diolah menjadi gula semut, bisa sampai Rp 35 ribu.
Meski punya potensi besar, infrastruktur berupa akses jalan tidak mendukung. Selain bergelombang, medan jalan naik-turun karena berada di perbukitan. Ini akan menjadi kendala akses distribusi.
“Kami coba berkomunikasi dengan Dinas Bina Marga Purworejo soal ini. Dari PT Phapros juga sudah, barangkali ada CSR untuk membantu akses ini,” bebernya.
Sementara itu, GM Koperasi Wanita Srikandi, Hanggoro Susanto menerangkan, permintaan pasar ekspor gula semut cukup tinggi. Yakni 16 kontainer per bulan, hingga Desember 2019 mendatang. “Satu kontainer itu sekitar 18 ton,” ucapnya.
Untuk memenuhi permintaan itu, Srikandi telah menggandeng 2.100 petani di Kabupaten Purworejo, Wonosobo, dan Kebumen. Tentu petani tersebut sudah diberikan bekal untuk menjaga standar kualitas ekspor.
“Di Desa Puspo, kami ingin menambah mitra. Kemarin sudah diberi pelatihan dan bantuan alat mengolah gula semut. Alatnya sederhana, bukan yang modern,” ungkapnya. (*)
editor : ricky fitriyanto