DI TENGAH panas dan gersangnya wilayah Kecamatan Undaan-Kudus Jawa Tengah, ada satu desa yang memiliki keindahan alam dan keunikan karakteristik masyarakatnya. Adalah Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Desa ini memiliki keunikan sangat menonjol dibandingkan dengan desa sekitarnya. Mulai dari keindahan alam yang asri, rimbun bukit, gemericik air sungai yang bersih, sendang, sebanyak sembilan goa yang konon merupakan petilasan Sunan Kalijaga, pendapa kesenian dan bumi perkemahan.
Tidak hanya itu, desa yang hanya dihuni kurang lebih 363 Kepala Keluarga (KK) tersebut masih konsisten menjaga dan melestarikan seni tradisional secara turun temurun.
Kesenian tradisional asli milik warga setempat di antaranya adalah Wayang Klitik, Kethoprak Pakis Aji, Karawitan, Jaran Kepang, dan lain-lain. Terlebih unik, anak-anak kecil dan remaja aktif berlatih kesenian tradisional tersebut sebagai upaya regenerasi.
Wilayah ini menjadi desa wisata yang layak dikunjungi. Sudah banyak kalangan akademik melakukan riset di desa tersebut. Para aktivis kesenian dari Semarang, Kudus, peneliti Unnes, UGM dan lain-lain tercatat pernah menyambangi desa yang lumayan terpencil ini.
Sebenarnya tidak jauh, kurang lebih 12 Km selatan Kota Kudus. Masyarakat setempat mengakui, bahwa kesenian tradisional di Desa Wonosoco muncul secara alami. Embrio kesenian itu merupakan peninggalan seorang tokoh pendiri desa bernama Begawan Pakis Aji.
Hingga kini, tokoh tersebut dimakamkan di dekat sendang. Tempat itu juga dipercaya masyarakat sebagai tempat yang mengandung nilai spiritual. Kebudayaan yang terus diajarkan nenek moyang desa setempat yakni mengajak manusia untuk menghargai alam.
Hal itu dipercayai bahwa akan tercipta kehidupan aman, makmur dan sejahtera atau gemah ripah loh jinawi. “Kami rutin setahun sekali melakukan ritual sedekah bumi yang dalam istilah kami bernama kirab budaya yang biasanya digelar di sekitar bulan Juni-Juli. Dilaksanakan 3 hari mulai hari Kamis Pon hingga Sabtu Kliwon,” kata salah satu tokoh penting, Suparmin.
Warga di desa tersebut, mulai anak-anak SD, PKK, Karang Taruna dan orang tua, mau dan mampu menjadi pemain kethoprak maupun karawitan. Selain itu juga kethoprak Pakis Aji, jaran kepang, dan wayang Klithik. Hebatnya, untuk melestarikan kebudayaan tersebut, masyarakat diprogramkan latihan rutin untuk masing-masing kesenian yang ada.
Wayang Klithik itupun merupakan satu-satunya jenis wayang Jawa yang hanya ada di Desa Wonosoco. Berbentuk hampir mirip dengan wayang kulit, namun terbuat dari kayu. Alat musiknya tetap menggunakan gamelan jawa, namun jenis bunyi serta lagunya berbeda dari lagu karawitan Jawa yang kebanyakan dikenal.
Ada kurang lebih 190 pemuda yang menjadi anggota karang taruna aktif. Sa;ah satu programnya membuat kerajinan tangan berupa souvenir wayang Klithik, sablon kaos, gantungan kunci dan karya seni lain. Bahkan ada satu hukum adat yang masih konsisten diterapkan yakni Krigan atau gotong royong. Apabila ada warga yang melanggar hukum adat Krigan ini, maka hukumannya akan beresiko dikucilkan. ( nurul izza)
Editor: Ismu Puruhito