in

Dengan Proyek Air Rp 1,2 Triliun, Tiga Kecamatan Bisa Minum Langsung dari Kran

SEMARANG (jatengtoday.com) – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menandatangani kerjasama proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat bersama PT Air Semarang Barat (ASB), di kantor PDAM Tirto Moedal Kota Semarang, Jumat (23/11/2018).

PT ASB merupakan perusahaan konsorsium yang dibentuk oleh PT Aetra Air Jakarta dan PT Medco Infrastruktur Indonesia. Mereka bakal mengelola selama kontrak 25 tahun.

Tidak main-main, proyek SPAM Semarang Barat ini membutuhkan investasi totalnya Rp 1,2 triliun. Total kapasitas 1.000 liter per detik. Ditargetkan bisa menyuplai kebutuhan air minum kepada 60.000 Kepala Keluarga (KK) di 31 kelurahan di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Semarang Barat, Ngaliyan dan Tugu.

“Kami sudah punya rencana untuk menambah sumber air baku untuk masyarakat Kota Semarang melalui PDAM Tirta Moedal. Rintisannya sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Tapi hari ini dilakukan penandatangan kerjasama dengan model Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang dikenal dengan pelayanan tercepat di Indonesia,” kata Hendrar Prihadi usai penandatangan.

Hendi sapaan akrab Hendrar Prihadi mengakui, banyak pihak yang terlibat dalam realisasi proyek SPAM Semarang Barat ini sangat rinci dan membutuhkan proses panjang. “Mereka begitu teliti memperhatikan progres mulai dari penyiapan dokumen, pelelangan hingga penandatangan. Jadi ini sebuah keberuntungan bagi Kota Semarang,” katanya.

Direncanakan proyek ini selesai pada 2021. Project ini ditargetkan akan mampu mencukupi kebutuhan air bersih sebanyak 60.000 KK. Terutama diproyeksikan di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan Semarang Barat, dan Kecamatan Tugu.

“Tetapi juga memiliki potensi membantu suplai untuk wilayah tengah, seperti bandara, pelabuhan, hotel, dan kawasan industri, bisa dialiri menggunakan SPAM Semarang Barat ini,” katanya.

Tidak hanya itu, ke depan SPAM serupa akan terus dikembangkan. “Di Jatisari Mijen juga sudah mulai dibangun untuk penyediaan air baku kerjasama dengan BSB (Bukit Semarang Baru). Selanjutnya di Jalan Pramuka Pudakpayung,” katanya.

Hendi mengakui, kebutuhan air bersih di Kota Semarang sungguh luar biasa. Sejauh ini, PDAM Tirta Moedal Semarang belum bisa mencukupi kebutuhan air minum tersebut secara merata. “Warga Kota Semarang tercatat kurang lebih 1,6 juta jiwa. Terdiri atas 450.000 kepala keluarga. PDAM baru bisa masuk 171.000 kepala keluarga. Jadi, separuh saja belum ada,” katanya.

Hendi menyebut, dengan adanya SPAM Semarang Barat ini nantinya di Kota Semarang bisa menyediakan air minum yang bisa diminum langsung dari kran. Negara maju seperti Singapura telah menerapkan teknologi itu.

“Tetapi Semarang kan belum. Nah, ini tantangan saya kepada PT Air Semarang Barat, coba jadikan satu zonasi yang dialiri SPAM Semarang Barat dan bisa diminum oleh pelanggan langsung dari kran. Kita lihat dua tahun lagi (selesai),” katanya.

Harapannya, lanjut Hendi, mampu memenuhi kebutuhan air minum bagi masyarakat. Dua bulan lalu, PDAM termasuk lima besar paling banyak menerima komplain.

“Kata temen-temen PDAM, sumber bakunya berkurang, susut karena kemarau. Ada komplain lagi, alasannya karena ada perbaikan pipa. Lho, pipanya kok diperbaiki terus, coba dilihat umur pipa. Kalau memang harus diganti ya ganti baru. Pastikan pemasangannya yang baik, benar, dan kualitasnya harus terjaga. Ya kami terus lakukan perbaikan,” jelasnya.

Sehingga atas adanya SPAM Semarang Barat yang direncanakan beroperasi 2021 ini akan mengurangi permasalahan tersebut.

Mengenai tarif, Hendi memastikan SPAM Semarang Barat ini memiliki metode yang menarik. “Dulu, sejak Direktur PDAM yang lama pernah ada investor tertarik. Tapi air minumnya akan dijual Rp 15 ribu. Saya bilang waktu itu, saya enggak mau. Lha wong PDAM sekarang ini harga perdebitnya Rp 3 ribu sekian. Kami menjelaskannya ke masyarakat bagaimana?” katanya.

Nah, SPAM Semarang Barat, pengelola nantinya mematok maksimal Rp 5 ribu per debit. “Jadi saya masih cukup optimistis bisa teraliri dengan baik. Apalagi bisa diminum. Saya rasa masyarakat bayar Rp 5 ribu tidak ada masalah. Tapi kalau masih icrat-icrit, suruh bayar Rp 5 ribu ya pasti marah-marah,” katanya. (*)

editor : ricky fitriyanto

Abdul Mughis