SEMARANG (jatengtoday.com) – Ketersediaan air bersih di Kota Semarang masih menjadi keluhan masyarakat. Di tengah kebutuhan air bersih yang terus meningkat, debit air baku yang dimiliki PDAM Tirto Moedal Semarang berkurang drastis. Hal itu menyebabkan diberlakukannya sistem penyalaan bergilir agar kebutuhan air bisa merata ke berbagai wilayah.
Berkurangnya debit air baku tersebut disebut terdampak banyaknya alih fungsi lahan. Lahan serapan dan wilayah penghijauan seringkali dialihfungsikan untuk perumahan maupun industri.
“Debit air sumur bawah tanah berkurang drastis. Sehingga pelayanan kami menurun. Hingga saat ini debit air belum normal. Kalau kondisi normal sumur bawah tanah di wilayah Ungaran mampu menghasilkan 350 liter per detik. Sekarang hanya 260 liter per detik,” kata Direktur Umum PDAM Tirta Moedal, Farchan Hilmie, belum lama ini.
Dikatakannya, berdasarkan hasil evaluasi, untuk bisa kembali ke kondisi normal yakni 350 liter per-detik sulit. Menurut dia, salah satu penyebab yang cukup berpengaruh adalah akibat alih fungsi lahan. “Misalnya sebelumnya lahan penghijauan, sekarang menjadi perumahan, pabrik dan seterusnya. Itu juga menjadi kendala yang hingga saat ini masih kami cari solusinya,” katanya.
Dampak dari berkurangnya debit air baku tersebut mengakibatkan pelayanan PDAM kurang maksimal. “Maka diberlakukan sistem penyalaan bergilir. Misalnya di daerah Bukitsari yang tadinya menyala 24 jam, sekarang diberlakukan penyalaan bergilir,” bebernya.
Mengenai permasalahan alih fungsi lahan, lanjut dia, tidak bisa diselesaikan PDAM saja, tapi diperlukan komitmen berbagai pihak. Sejauh ini pihaknya mengaku belum menemukan teknologi untuk mengatasi kekurangan air, terlebih saat musim kemarau. Namun berbagai upaya tetap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Salah satunya adalah pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat senilai Rp 1,15 triliun. Proyek ini ditargetkan rampung dalam dua tahun, serta akan menyuplai kebutuhan air bersih bagi 420.000 jiwa atau sekitar 30 persen dari jumlah warga Semarang. Diharapkan nantinya membantu beban kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota Semarang. “SPAM Semarang sampai saat ini sedang berjalan, progresnya 13 persen,” katanya.
Farchan mengakui, pelayanan PDAM Tirto Moedal terus diperbaiki. Berdasarkan potret pengaduan pelanggan PDAM Tirto Moedal dari tahun ke tahun, ada peningkatan grafik aduan. Pada 2017, terdapat 9526 aduan. Selanjutnya pada 2018 ada 11286 aduan, sedangkan pada 2019 terdapat 12.610 aduan.
“Aduan tertinggi ada di aspek teknis, aliran mati, pipa bocor, selebihnya administratif. Desember 2020 menjadi puncak kemarau, terdapat 2377 aduan, setiap hari rata-rata terdapat 150 aduan. Di wilayah Selatan, ada 1020 tangki di bulan Desember. Cabang Tengah ada 377 tangki, Barat 214, Utara 62 tangki,” katanya.
Masih banyaknya aduan, lanjut Farchan, artinya PDAM masih harus meningkatkan pelayanan baik secara teknis maupun administratif. “Ini menjadi catatan kami. Ada enam kanal aduan, di antaranya WhatsApp, facebook, instagram, twitter, web, dan call center melalui telepon langsung. Dari keenam kanal tersebut, paling banyak dipakai pelanggan dalam menyampaikan aduan adalah telepon call center 08001503888 yakni 63 persen. Sisanya melalui kanal lain,” katanya.
Dia meminta kepada pelanggan dalam menyampaikan aduan agar dilengkapi dengan nomor ID pelanggan, nama, alamat dan nomor telepon. Hal itu berdasarkan syarat pengaduan minimal sesuai Peraturan Wali Kota (Perwal) Nomor 34 Tahun 2017. “Selama ini masih banyak pengadu iseng. Tidak menyertakan nomor pelanggan, nama, nomor telepon, maupun alamat. Setelah kami tanya, pelapor tersebut tidak merespon. Kalau ID susah diingat, minimal nomor telepon yang bisa kami hubungi. Supaya petugas bisa langsung meluncur,” katanya.
Aduan Hoaks
Farchan menyampaikan bahwa aduan pelanggan PDAM melalui medsos seringkali tidak sesuai dengan fakta. Misalnya air tidak mengalir selama tiga hari, namun aduan di medsos ditulis seminggu, dua minggu dan seterusnya.
“Ada juga airnya mati empat hari, aduannya mati berminggu-minggu. Kami cek di tetangga sekitar pengadu. Ini yang seringkali membuat kami kewalahan karena bahasa di medsos itu kadang-kadang bombastis. Jadi, glorifikasi ya, melebih-lebihkan,” ujar dia.
Beberapa minggu lalu, lanjut dia, terdapat aduan dari masyarakat di daerah Jalan Dewi Sartika Sampangan Kota Semarang disampaikan bahwa lima hari air PDAM tidak mengalir. “Setelah kami cek dengan menerjunkan tim untuk menanyakan di masyarakat sekitar, ternyata kondisinya hidup. Bahkan di daerah tertinggi mengalir setiap hari. Ini yang kami sebut pengadu iseng alias aduan hoaks. Makanya ada Perwal mengenai syarat minimal pengaduan,” katanya. (*)
editor: ricky fitriyanto