in

Cuitan yang Serang Ganjar Pranowo soal Shalom Dihapus dari Twitter, Diganti Permintaan Maaf

Ganjar menyebut pada dasarnya, selamat, shalom dan assalamualaikum memiliki makna yang sama.

SEMARANG (jatengtoday.com) – Ganjar Pranowo kembali diserang di medsos. Kali ini di Twitter. Ada cuitan miring dari Selebritas Twitter (Selebtwit) Bunda CNHY tentang ucapan Ganjar yang kerap menyapa warganya dengan kata “Shalom”.

“Mungkin bisa baca ini ya…. Jelas beda Assalamualikum dengan Shalom tidak bisa disamakan ….masing2 mengandung makna. Assalamualikum mengandung Doa didalam ny Sedangkan Shalom adalah sapaan pengganti kata Hallo… Jelas ya beda arti dan konteks ny…,” cuitnya lewat akun @Lembayung701, Sabtu, (8/7/2023).

Tidak lama kemudian, cuitan tersebut dihapus setelah panen hujatan dari warganet. Akun dengan 12 ribu pengikut itu lantas menulis cuitan berisi  permintaan maaf dan mengakui kalau dirinya salah referensi dan hanya mencari dari mesin pencarian google.

“Baik trimakasih dan maaf itu salah referensi, trimakasih sudah diingatkan,” lanjutnya melalui cuitan.

Sebelumnya dalam podcast bersama Deddy Corbuzier pada 5 Desember 2019 silam, Ganjar menyebut pada dasarnya, selamat, shalom dan assalamualaikum memiliki makna yang sama.

“Menyampaikan salam kalau di Jawa Timur sempat ramai kan. Saya sampaikan kalau di Jawa Tengah boleh. Gus Dur juga pernah bilang kok, selamat pagi aja deh daripada berkelahi. Shalom itu kan Assalamualaikum. Benar nggak sih? Waktu masih belum Islam shalom artinya apa sih,” tutur Ganjar dalam Podcast berjudul “Ganjar Pranowo, dari Salam Lintas Agama hingga Doa Pastor”

Ganjar menyebut salam itu seharusnya tidak perlu diributkan. Karena hanya memiliki pengucapan yang berbeda.

“Salam kan. Hai, hai, gitu yah. Salam. Sehat selalu. Kami selamat yah. Selamat, shalom, assalamualaikum saya kira semua niatnya baik mengucapkan bahwa hari ini kamu selamat, kami baik. Apa bedanya. Terus kita persoalkan yang kencang-kencang kan sekarang,” ucapnya.

Pria berambut putih ini mengatakan, jika dalam acara didominasi kaum Katolik, ia biasanya mempersilahkan doa dipimpin secara Katolik.

“Saya sampaikan kalau di Bali pasti menyampaikan pakai bahasa agama Hindu. Ada yang tersinggung nggak, ‘interupsi pimpinan’, saya nggak mau agama itu. Ada nggak. Saya sampaikan kepada teman-teman, saya datang itu, inikan sebagian besar Katolik yah. Iya pak. Pimpinnya teman Katolik aja nggak apa-apa. Saya akan berdoa dengan Islam kok. Dan itu dibiasakan saja. Ini kalau pendengar yang nggak suka, wah, bisa penistaan,” tandasnya. (*)