PALU (jatengtoday.com) – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah memberikan apresiasi kepada seorang warga Kota Palu bernama Tili (35) yang berhasil mengevakuasi dan mengeluarkan ban motor dari leher seekor buaya di Sungai Palu, Senin (7/2) malam kemarin.
Kepala BKSDA Sulawesi Tengah, Hasmuni mengatakan kemunculan buaya berkalung ban di Sungai Palu terlihat sejak tahun 2016, yang sontak membuat buaya itu viral.
Baca Juga: Dua Ahli dari Australia Bantu Penyelamatan Buaya Berkalung Ban
Upaya mengevakuasi buaya nahas itu sudah melibatkan banyak pihak. Bahkan pakar buaya asal Australia, Matt Wright dan Panji Petualang juga dilibatkan, tapi tidak membutuhkan hasil.
‘’Kami mengucapkan Alhamdulillah, akhirnya, sejak tahun 2016 dicoba melepas bannya, baru kali ini berhasil,’’ kata Hasmuni, Selasa (8/2/2922).
Menurut Hasmuni, setelah jeratan ban tersebut dilepas dari leher buaya, reptil berukuran panjang 5 meter 20 centimeter dan lebar 93 centimeter itu kemudian dilepaskan kembali ke habitatnya di Sungai Palu.
‘’Seharusnya dibawa dulu, tapi permintaan warga sekitar buaya tersebut dilepas saja,’’ tuturnya.
Menurut dia, sebelum dilepaskan kembali, buaya muara tersebut seharusnya dititip sementara di kandang transit untuk mendapat pengobatan dan pemeriksaan.
“Kalau kami sangat apresiasi kepada Pak Tili, tetapi bukan dalam bentuk materi. Kami tidak bisa pastikan jantan atau betina buaya itu karena warga minta dilepaskan kembali,” ujarnya.
Baca Juga: Akhir Kisah Buaya Berkalung Ban
Diberitakan sebelumnya, seorang pria bernama Tili warga Kota Palu, Sulawesi Tengah, berhasil mengevakuasi buaya berkalung ban di Sungai Palu, Jembatan II, Kecamatan Palu Selatan, Senin malam.
Evakuasi buaya dilakukan secara mandiri oleh Tili dengan sistem jerat menggunakan peralatan tali, bambu dan seekor ayam sebagai umpan.
“Saya sudah siapkan penangkapan buaya ini beberapa pekan,” kata Tili.
Menurut Tili, buaya berkalung ban berhasil ia evakuasi sekitar pukul 18.30 Wita. Ban motor yang melilit di leher buaya tersebut langsung lepas.
“Yang jerat saya sendiri, tapi saya minta bantuan warga untuk angkat ke darat. Mungkin ada 50 orang yang bantu angkat,” kata Tili.
Dia mengatakan sudah tiga kali buaya itu lolos dari jeratnya. “Beruntung hari ini berhasil,” ujarnya.
Pendataan Buaya
Hasmuni menambahkan, BKSDA masih melakukan penelitian tentang populasi buaya dengan menggunakan alat berupa kamera pengawas dan ditemukan ada puluhan ekor yang berada di Sungai Palu.
“Hitungannya ada 36 ekor tetapi ada enam ekor yang sudah kami amankan di kandang transit. Jadi perkiraannya tinggal 30 ekor,” kata Hasmuni.
Menurut dia, penelitian populasi buaya dilakukan pada tahun 2019. Saat ini BKSDA belum bisa memastikan populasi terbaru buaya muara yang hidup di Sungai Palu.
Untuk mengetahui jumlah yang pasti, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. “Perlu dilakukan penelitian lagi, kalau buaya 30 itu ya penelitian 2019,” kata Hasmuni.
Baca Juga: BKSDA Gelar Sayembara Bebaskan Buaya Liar dari Lilitan Ban
Menurut Hasmuni, populasi buaya di Sungai Palu tidak berkembang cepat. Buaya betina berukuran besar bisa menghasilkan hingga 200 telur namun kemungkinan hidupnya sangat kecil.
“Lebih banyak yang mati karena faktor alam, belum lagi buaya sebagai satwa liar yang akan saling memangsa satu dengan yang lain. Bisa jadi tidak ada yang hidup,” jelasnya.
Mengantisipasi adanya konflik buaya dengan manusia, pihak BKSDA telah memasang papan informasi tentang habitat buaya muara di Sungai Palu maupun di sepanjang Pantai Talise, Kota Palu.
Tidak hanya itu, BKSDA juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan aksi-aksi berbahaya dan mengancam keselamatan.
“Jangan juga memberi makan buaya dengan ayam karena perilaku buaya akan berubah, biarlah secara alamiah buaya mencari makan di sungai karena pemenuhan makanannya masih cukup,” tutup Hasmuni. (ant)