Bisa menjadi panduan bagi editor dan penulis sebelum menerbitkan berita atau artikel. Jalan tercepat agar tulisanmu dimuat di media online.
Menulis itu mudah, yang tidak mudah adalah menembus keinginan editor. Media memiliki editor yang memeriksa “standar kualitas” tulisan. Berita baiknya, kamu bisa mempelajari cara mereka melakukan editing.
Bagi para editor, “Penulis yang baik selalu menjadi editor bagi tulisan mereka sendiri sebelum mengirim tulisan ke redaksi.”. Itu bukan keluhan editor. Pekerjaan mereka berat.
“Saya lama sekali kalau mengedit tulisan. Adakah cara cepat mengatasi ini?”
Wajar. Saya juga lama ketika sunting tulisan. Itu hanya problem ketika awal menyunting, selanjutnya, bisa semakin cepat.
Rahasia kecepatan editing, ada pada urutan editing.
Saya jelaskan ini untuk menulis content panjang seperti “laporan utama” atau artikel.
Editing itu skill yang bisa kamu latih sambil-jalan. Misalnya, luangkan waktu untuk belajar ejaan, belajar menyampaikan kalimat secara jelas. Kalau kemarin harus buka kamus kertas, ganti dengan aplikasi atau online.
Typo (typographical errors) atau kesalahan-tulis, sering terjadi karena menulis tanpa pemeriksa-ejaan.
Editing itu lebih banyak tentang persoalan teknis. Mengubah kalimat dari A menjadi B, dengan maksud yang sama, itu teknis. Dan jika terus berlatih, maka kamu akan lebih efisien dan efektif dalam proses editing.
Dalam editing, kamu tidak menyingkat protokol (urutan) melainkan “mempercepat” itu.
Dalam contoh tadi, kamu harus periksa ejaan dan typo, namun bisa kamu percepat menggunakan aplikasi. Harap diingat, status editor ada pada kamu, bukan pada aplikasi itu. Jadi, sekali lagi, belajar sambil-jalan, sebelum mendelegasikan tugas ke aplikasi. Yang tidak teknis hanya satu: menguasai tema tulisan yang kamu edit. Ini artinya, asah terus keahlian kamu di tema tulisan yang sedang kamu edit. Tidak ada editor yang tidak selalu belajar. Apalagi di media online. Editor yang nggak belajar, hasil editingnya pasti buruk.
Bagaimana jika penulis tidak mau menyunting tulisannya?
Buat panduan editing, seperti “daftar periksa” yang saya sampaikan di sini. Penulis atau media harus punya standar penulisan dan editing. Jika penulis tadi tidak mau belajar sendiri, ajak mereka menyunting bersama, agar tahu di mana kesalahannya. Editing sebenarnya dunia yang luas, tidak sekadar menyunting kata. Dalam fotografi, videografi, ada editing. Dasarnya sama: “Bagaimana agar maksud A sampai sebagai A untuk pembaca/penonton”. Artinya, editing untuk karya yang kompleks seperti “liputan utama”, merupakan kerja kolaborasi.
Mulailah dengan menyunting artikel bersama. Setidaknya, penulis akan tahu, bagian mana yang perlu diperbaiki. Penulis yang baik selalu menjadi editor pertama bagi tulisannya sendiri, sebelum ia kirimkan ke editor/media. Aplikasi seperti Microsoft Word bisa menampilkan revisi dokumen dengan warna merah, garis-bawah, dan coretan.
Kalau penulis/redaksi bandel, tidak mengikuti aturan-main, berikan peringatan. Jika tidak mungkin diperbaiki, tidak perlu kamu muat. Tidak ada penulis yang berhasil, tanpa melewati beratnya proses editing.
Mengapa bayaran editor mahal?
Pekerjaan mereka berat. Kalau dibandingkan dengan apa yang mereka kerjakan, sebenarnya tidak ada yang terlalu mahal.
Kesalahan huruf atau kesalahan pemakaian kata, bisa berakibat fatal bagi media. Ini salah-satu tanggung jawab editor, termasuk pemimpin redaksi.
Editor suatu rubrik atau media, harus selalu update informasi. Media yang berlangganan berita dari Kantor Berita Antara, sebagai salah satu sumber informasi media, misalnya, harus memilih sehari sekitar 600-750 berita. Tidak termasuk judul, kalau dalam hitungan minimal 600, itu sama dengan membaca deskripsi berita 35 kata x 600 atau sekitar 20.400 kata.
Tidak termasuk browsing sendiri, membaca sendiri. Aktivitas ini tidak termasuk bagaimana mereka harus bisa copywrite, mengerti ejaan (di luar kepala), menginterpretasikan tulisan, memprediksi berita “besok”, dan menjawab komplain dari penulis. Jika ada kesalahan penulisan, mereka orang pertama yang dianggap bertanggung jawab atas kesalahan itu. Mereka sudah memasang peringatan otomatis “jangan ganggu, sedang editing” di dalam pikiran.
Menjadi editor bukan pekerjaan mudah. Editor bertanggung jawab terhadap hasil-akhir penulisan. Editor lebih suka “menolak” tulisan jika dianggap tidak layak-edit. Ini terjadi ketika suatu tulisan tidak memiliki gagasan jelas, tidak baru, atau terlalu banyak kesalahan penulisan. Editor menentukan masa depan tulisan, sebelum dibaca publik. Ruang editor adalah ruang apresiasi pertama sebelum sampai kepada pembaca.
Adakah tahapan yang berisi apa saja yang harus dilakukan agar tulisan kita bisa lebih cepat diterima di media online?
Ada. Kamu akan membaca tulisan itu sekarang.
Daftar Periksa untuk Editing Berita dan Artikel Media Online
Tulisan di bawah ini berisi daftar-periksa bagi editor (dan penulis) sebelum menerbitkan berita atau artikel. Jadilah editor bagi tulisanmu sendiri. Jangan mengandalkan aplikasi, jangan mengandalkan “terserah redaksi”.
Tulisan ini bukan 100% temuan saya. Kredit terbesar justru dari para peserta workshop kepenulisan yang rajin bertanya, serta hasil wawancara dengan kawan-kawan yang berstatus “editor”.
Menjalankan daftar-periksa ini, lebih berpeluang membuat tulisan kamu “aman” dan “lolos sensor” ketika mengirim tulisan di media online.
Gunakan checklist ini ketika editing berita dan artikel. Daftar periksa ini sudah urut sesuai tahapan editing.
Sebelum Editing
- Save file tulisan asli yang belum kamu edit. Jangan edit di file asli.
- Edit langsung dalam format digital, bukan kertas, agar tidak kerja dua kali. Editor biasanya langsung edit di Dashboard.
- Jika ingin menulis untuk website dengan “preview” akan seperti apa tulisanmu, kamu bisa menulis dengan Telegraph X Pro.
Menemukan Nilai Tulisan
- Temukan maksud tulisan ini. Jika kamu editor, bukan penulis berita/artikel ini, baca secara sepintas (scanning), pahami dengan cepat apa maksud tulisan ini. Kalau perlu, tanyakan kepada penulis, apa gagasannya. Semakin cepat dipahami, semakin mudah tulisan itu dibaca.
- Ada “sudut-pandang” baru. Temukan sudut-pandang berita ini. Kalau perlu, ubah dan temukan sudut-pandang baru.
Yang masih kurang paham dengan cara membuat sudut-pandang dalam berita dan artikel bisa membaca panduan ini.
https://sakjose.com/sudut-pandang-berita-6526
- Apakah ada “masalah” baru di tulisan ini?
- Ada “data” baru.
- Ada “cara penyampaian” baru.
- “Saya memahami tulisan ini”, berarti.. Saya bisa menjelaskan dengan cara lain. Saya bisa menceritakan-ulang. Saya bisa mempertanyakan tulisan ini. Saya bisa memperkirakan, “akibat” tulisan ini bagi pembaca lain.
- Informasi ini bukan pengulangan.
Periksa plagiarisme (tanpa register, unlimited, dan gratis).
https://gradesfixer.com/plagiarism-checker/
Periksa Sumber dan Data
- Verifikasi data sebelum editing.
- Gunakan narasumber yang terpercaya, kompeten, dan relevan dengan tulisanmu.
- Lindungi nasib narasumber, jangan beberkan data kepada orang lain.
- Jika terpaksa memakai sumber anonim (tidak mau disebutkan namanya), pastikan sumber anonim itu lebih dari 1
- Kamu tidak boleh terlibat dalam tulisan. Tuliskan secara obyektif (sebagaimana obyek itu), jangan memihak.
- Hindari kutipan panjang. Sertakan link dan ” pernyataan unik” dari apa yang kamu kutip.
- Yang harus relevan adalah detail informasi kamu.
- Mengutip selalu dari sumber pertama. Jika tidak bisa, baru ke sumber kedua.
- Miliki sumber berbentuk “fisik” dan “otentik” (foto, video, rekaman), agar tidak mengacu kepada interpretasi turunan. Sangat berguna jika nanti ada komplain dan mau cross-check.
- Data ini bagus karena konteks data ini bagus.
- Setiap sumber dan kutipan, sudah saya berikan catatan (anotasi). Misalnya, ada rekaman wawancara, berikan penjelasan tentang konteks wawancara itu.
- Atribusi tentang narasumber sudah relevan.
- Saya harus konfirmasi beberapa hal yang belum jelas.
- Sumber harus spesifik dan bisa dipertanggungjawabkan.
- Cross-check dan buat anotasi (catatan) terkait apa kata narasumber. Narasumber bukanlah “media”. Jangan terlalu percaya pada apa kata narasumber. Apa yang ia katakan, membutuhkan penafsiran. Kutipan narasumber selalu membutuhkan penjelasan dengan cara: verifikasi dan penyajian konteks data.
- Hindari jebakan forwarder, yaitu, orang yang mengaku memiliki “sumber terpercaya” tetapi tidak bisa membuktikan.
Kejelasan
- Bertanya kepada penulis, kalau belum jelas, “Kamu mau bicara apa?”.
- Setiap paragraf terlihat jelas apa gagasannya. Kalimat utama (yang memuat gagasan utama di setiap paragraf, terletak di 3 (tiga) tempat: 1. awal; 2. akhir; atau 3. awal dan akhir.
- Jika saya baca-ulang, saya punya gambaran, kira-kira seperti apa outline tulisan ini. Cara termudah: coba baca hanya kalimat awal dan kalimat akhir paragraf, jangan baca kalimat lain, kemudian bertanya, “Apakah saya bisa memahami dengan mudah?”.
- Hubungkan paragraf dengan frase penghubung.
- Jika tulisan ini berupa “pengalaman”, terjemahkan pengalaman itu menjadi: “Saya tahu..”, ” Saya pergi ke..”, dan “Saya merasakan”.
- Gunakan metafora. Katakan A dengan ungkapan yang bukan-A. Misalnya: Ubah kata ” miskin” menjadi “berpenghasilan di bawah 1 juta per bulan”.
- Jika istilah teknis, gunakan sebagaimana adanya. Bunga anggrek ada 20+ jenis, pastikan namanya kamu tulis sebutan dan nama ilmiahnya, apa adanya.
- Selalu spesifik. “Kain batik” tidak jelas. “Kain batik tulis” atau “kain batik printing”, lebih jelas. “Vaksin COVID-19” itu tidak jelas. “Vaksin COVID-19 antigen”, lebih jelas.
- Bicara dengan fakta dan data.
- Hindari kata kerja-pikiran (thought verb) seperti: “bersedih”, “memikirkan”, dll. kecuali itu bisa kamu jelaskan. Apa yang dibaca harus bisa divisualkan dalam pikiran pembaca.
- Gunakan indera, bukan khayalan. Pastikan deskripsi kamu “tangible”, bisa terukur. Misalnya: “Joni menitikkan airmata ketika menceritakan kerugian akibat bencana banjir itu.”. Tidak boleh, “Joni bersedih..”.
- Hindari interpretasi imajiner dan opini. Jika terpaksa, gunakan pendapat narasumber.
Ringkas
- Tuliskan hanya kalimat yang “harus” tertulis di situ.
- Hapus pengantar yang “common sense”. Ganti dengan yang lebih singkat.
- Selalu “to the point”.
- Gunakan kalimat pendek dengan kata-kata umum.
- Batasi per kalimat, maksimal 20 kata.
- Jika bisa dikatakan dengan kalimat yang lebih singkat, katakan dengan kalimat yang lebih singkat.
- Sebisa mungkin, pakai kata yang tidak lebih dari 3 suku-kata (syllabi).
- Hindari menjelaskan berulang-ulang.
Tata Kalimat dan Ejaan
- Setiap media memiliki pedoman ejaan dan penulisan. Gunakan pedoman dari media yang akan menerbitkan tulisanmu. Jika mau main-aman, gunakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia.
- Periksa ejaan dan tata-kalimat.
- Aktifkan spelling and grammar checker di Browser Google Chrome.
Aktifkan pemeriksa ejaan di Google Chrome. Menulis untuk media online, tidak lagi melalui aplikasi Microsoft Word. Langsung di browser. (Credit: Google Chrome Browser) - Periksa pengulangan kata. Sudahkah memakai tanda hubung? Pengulangan kata sering dianggap sebagai “kesalahan” dalam pemeriksa ejaan. Ingat selalu, kamu editor/penulis sesungguhnya. Bukan aplikasi yang kamu pakai.
- Sambil editing, tambahkan kata-kata baru, “pengecualian”, dan “pengabaian” pada aplikasi pemeriksa ejaan, agar browser kamu lebih cerdas.
- Tidak ada kesalahan pemakaian-kata.
- Tidak ada typo (typotraphical errors) atau kesalahan-tulis.
- Setiap paragraf sudah sesuai dengan outline.
- Gunakan koma Oxford. Penjelasan tentang ini, bisa kamu baca di sini
- Tidak ada kesalahan dalam penulisan nama atau gelar.
- Jabatan yang tertulis adalah jabatan sekarang.
Link Terkait Editing Bahasa Indonesia
- Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI Online
- Download Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), Edisi 4, 2016 5MB file pdf.
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, PUEBI versi online.
- Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia untuk mencari arti kata secara tematis.
- Latih kemampuan berbahasa kamu di “Rubrik Bahasa” yang berisi tulisan-tulisan dari rubrik berbahasa Indonesia.
- Kuasai seluk-beluk berbahasa Indonesia dengan belajar bersama “Narabahasa“.
Setting Pemeriksa Ejaan Bahasa Indonesia di browser Google Chrome
Atur Google Chrome agar bisa memeriksa ejaan berbahasa Indonesia secara otomatis. Sekali atur, terpakai selamanya.

Penyajian Tulisan
- Periksa link yang kamu pakai di dalam tulisan. Pastikan, tanpa ?utm, tanpa penyingkat URL, tanpa redirect, dan bukan link afiliasi berbayar.
- Uji keterbacaan (readibility) tulisan kamu.
- Tambahkan nutgraph sebagai penjelas, berupa: sub-heading, foto, embed content media sosial, kotak penjelas, dll. Fungsinya, agar tulisan bisa di-scan oleh mata pembaca, tidak melelahkan, dan terbaca sampai selesai.
Tentang penulisan content dari sumber lain, lihat video ini:
- Pecah gagasan besar menjadi subjudul (h3, h4).
- Gunakan point, angka, tabel, gambar.
- Gunakan style italic, tebal, garis-bawah, hanya jika diperlukan.
- Gunakan highlight (cyan, yellow).
- Buat teaser berisi gagasan utama tulisan ini, menjadi 1 paragraf singkat, jadikan sebagai deskripsi tulisan. Agar muncul di hasil pencarian Google, batasi 135 karakter. Gunakan Wordcounter.
Hasilnya akan seperti iniDeskripsi atau kutipan dalam tulisan, yang bisa kamu tentukan di dashboard, akan muncul di hasil pencarian Google. Batasi 135 karakter atau 19 kata. - Tambahkan foto. Cantumkan credit, caption 5w+1h.
Sebelum Kamu Publish Tulisan
- Bandingkan dengan artikel lain, yang membahas gagasan/berita sama, dengan target audien sama.
- Baca hasil editing kamu, rekam kalau perlu, dengarkan kembali.
- Edit lagi, edit lagi, dan edit lagi sampai mantap.
Jika semua tahapan di atas sudah selesai, baru klik tombil Publish.
Silakan perbaiki daftar-periksa di atas, untuk kepentingan menulis dan redaksi.
———————
Day Milovich,,
Webmaster, artworker, penulis, tinggal di Rembang dan Semarang. Editor dan penulis “Opini Pembaca” di Jateng Today. Founder SakJose.com