in

Pertanyaan yang Ubah Orang Menjadi Lebih Pintar

Pertanyaan bagus selalu mengarah ke solusi terbaik. Ini dia daftarnya.

Bagaimana cara bertanya secara kritis?

Daftar ini bisa mengubah cara kita bertanya. Bisa kita terapkan ketika belajar, menulis, mencari informasi, dll. Hasilnya, pertanyaan bagus selalu mengarah ke solusi terbaik.

Genealogy

Menanyakan “bagaimana hal ini bisa terbentuk”.

Dalam konteks pertanyaan kritis, Anda perlu bertanya: “Bagaimana Anda bisa mengetahui hal ini? Bagaimana hal ini bisa terjadi?”.

Setiap ada kejadian menarik, atau gagasan yang ingin kamu diskusikan, pelajari dulu bagaimana hal itu bisa terbentuk. Faktor apa saja yang membentuknya, bagaimana sampai terjadi hal itu?

Jadi, kita bisa tahu, sumber pengetahuan dari mana, dan jika ini baru, kita bisa tahu apa saja yang membentuk pengetahuan ini. Kalau ketahuan sumber dan proses dia dalam mengetahui sesuatu, maka kita baru bisa melakukan verifikasi, memeriksa validitas sumber, dll.

Bedakan antara “penyebab” dan “korelasi”. Jangan bertanya siapa atau apa sebabnya? Tanyakan faktor-faktor apa saja yang membentuknya.

Pebisnis andal tidak bertanya, “Produk apa yang akan disukai konsumen?”. Mereka terlebih dulu mengajukan 3 pertanyaan, “Bagaimana perilaku atau kebiasaan konsumen?”, “Masalah apa yang ingin mereka selesaikan?”, “Mereka bisa dapat apa jika masalah itu terselesaikan?”. Pertanyaan ini tentang “job”, “pain”, dan “gain”. Mahasiswa pintar tidak bertanya, “Bagaimana caranya menjadi orang kaya..”. Mereka memikirkan, “keadaan kaya” bisa dibentuk dari mana.

Perspektif

Perspektif berarti cara-pandang. Melihat dari sisi mana. Perspektif adalah “cara pandang dari suatu sisi.”.

Tanyakan, “Bagaimana perspektif Anda dalam melihat ini?”.

Bayangkan suatu segitiga. Berpikir dari beberapa perspektif, bisa terlihat -seperti- 3 sudut dari segitiga itu. Intinya, semua pendapat maupun pengetahuan pasti berasal dari suatu perspektif tertentu.

Kalau seseorang memakai perspektif doktrin agama dalam segala hal, tidak akan nyambung terhadap pertanyaan kritis yang berasal dari perspektif lain. Setidaknya, kalau kita tahu perspektif seseorang, kita bisa tahu -mengapa- dan -dari mana- dia berbicara.

Pertanyaan lain, tentang perspektif, bisa begini, “Apa yang membuat perspektif Anda berbeda dari orang lain?”.

Sebagai catatan, ini juga harus kita tanyakan ke diri sendiri. Jangan-jangan, pendapat kita hanya ngikut orang lain, atau memakai perspektif orang lain.

Pendekatan dari faktor perspektif, perlu bertanya, “Bagaimana jika saya lihat dari sudut-pandang lain?”. Rasakan dan bayangkan bagaimana orang lain menyampaikan pendapat dari sisi mereka. Sesekali kita perlu naik ke atas meja, untuk melihat dari atas meja. Kita perlu duduk di jendela, untuk melihat dari jendela.

Dengan cara ini, empati bisa tumbuh. Bisa merasakan bagaimana jika menjadi orang lain ketika melihat dari sudut-pandang berbeda.

Penanya yang pintar tidak akan marah ketika mendengar perbedaan pendapat. Mereka cukup tahu bahwa orang lain sedang berada di cara-pandang dari sudut segitiga mereka masing-masing. Tidak bisa dipaksa, kecuali diajak jalan-jalan ke perspektif orang lain, agar tumbuh empati dan mengerti dari mana pendapat mereka berasal.

Problem Solving

“Problem solving” berarti menyelesaikan masalah.

Anda perlu bertanya, “Masalah apa yang sedang saya selesaikan di sini?”.

Anda membaca buku, artikel, mendengarkan orang, coba bertanya ke diri sendiri, penjelasan mereka ini bisa saya pakai untuk menyelesaikan masalah apa?

Dari pertanyaan tersebut, kita bisa turunkan lebih tajam, “Apakah penyelesaian yang ditawarkan di sini, lebih bagus dan lebih cepat daripada penyelesaian masalah sebelumnya?”.

Penanya hebat bisa selalu menyelesaikan masalah kecil dan dapat manfaat ketika bertanya. Mereka berorientasi pada penyelesaian masalah.

Attitude

Pertanyaan tentang sikap.

Tanyakan, “Bagaimana menyikapi hal ini?”, “Setujukan Anda dengan pendapat tersebut?”.

Jika lebih tajam, perlu ada pertanyaan terkait “tindakan”, yaitu, “Pengetahuan ini mengarah ke tindakan apa?”. Harap kita ingat: “tahu” tidak menjadi pengetahuan kalau belum berupa tindakan.

Perkataan tidak mengubah tindakan. Hanya tindakan yang bisa mengubah tindakan lain.

Kalau sebatas informasi, perlu kita pertanyakan, “Pengetahuan ini mempengaruhi tindakan apa?”.

Ini pertanyaan standar. Jika suatu berita, misalnya, dapat membuat orang melakukan protes, itu berarti ada “potensi tindakan” berupa protes. Jika “cara meramu herbal menjadi obat” hanya sebatas pengetahuan, nggak keren. Tetapi kalau bisa mengarah kepada tindakan “bisnis herbal”, itu tindakan yang bisa mengubah hidup kita.

Penanya pintar bisa mengetahui sikap seseorang, berdasarkan jawaban mereka.

Why

Pertanyaan tentang “mengapa”. Ini salah satu pertanyaan sakti yang bisa mengungkap banyak pengetahuan. 

Tanyakan sampai 5 kali, kalau perlu. Dengan bertanya “why” (mengapa) berkali-kali, maka akar masalah akan ditemukan.

Contohnya? Nilai saya buruk. Mengapa nilai saya buruk? Karena tidak belajar. Mengapa tidak belajar? Karena main Mobile Legend dan Scatter 6 jam sehari. Mengapa main? Karena diajak teman. Mengapa diajak teman? Karena saya keseringan nongkrong sama mereka. Dst. Nanti akan ketemu akar masalahnya.

Kalau dari beberapa pendekatan pertanyaan, akarnya ada pada “pertemanan,” berarti “pertemanan” itu masalahnya. Bisa juga, yang bermasalah adalah “cara kita mengelola waktu”.

Selain itu, pertanyaan “mengapa” bisa memperlihatkan apa yang tidak tampak.

Simon Sinek mengajak kita “memulai dengan mengapa”.Apa yang tampak, berasal dari tindakan, dan tindakan berasal dari “mengapa”.

What. Apa. Produk, layanan, fungsi tugas. Menyediakan bukti-bukti terinderai dari tujuanmu.
How. Tindakan untuk mewujudkan “mengapa”.
Why. Mengapa. Ini ada tujuan, penyebab, atau kepercayaan di balik apa yang sedang kamu kerjakan.

Kita melihat suatu brand nggak mau jual produk selain di web mereka, padahal ada online shop. Permukaan ini bisa kita singkap dengan bertanya “mengapa”. Kita bisa melihat visi brand itu, strategi brand itu. Dengan bertanya “mengapa”, kita bisa menyingkap yang terdalam.

Bertanya “mengapa”, bisa menyingkap akar masalah dan memperlihatkan apa yang tidak tampak di permukaan. Visi seseorang terlihat dari cara mereka menjalankan “mengapa”. Dasar tindakan mereka akan tampak jelas.

Negative

Negativitas sangat memancing “emotion” dan membuat orang tertarik.

Bayangkan kamu memakai topi hitam, berperan sebagai penjahat, dan memikirkan hal-hal negatif. Berpikir dari sisi maling, agar rumah lebih aman. Berpikir dari sisi perusak, agar apa yang kita tawarkan tidak mudah rusak.

Kita perlu bertanya, “Hal buruk apa yang bisa terjadi?”. Selain itu, “Hal negatif apa yang bisa saya hindari jika saya tahu ini?”. Bahkan, mengulik hal negatif adalah janji terbaik dari artikel yang dibaca banyak orang.

“Konsep Irigasi Desa X” kurang menarik. Yang menarik, “Menyelamatkan 1200 Petani di Desa X dari Gagal Panen dengan Irigasi”.

Menghindari negativitas adalah insting manusia dalam survive. Adaptasi. Jadi, setiap kali membaca buku, kita perlu bertanya, “Hal negatif apa yang bisa saya hindari jika saya tahu ini?”.

Menemukan Contoh

Tanpa contoh, apa jadinya?

Dengan contoh, naluri manusia untuk belajar dengan “meniru” (pada awalnya), bisa lebih punya jalan.

Contoh adalah “model” yang bisa kita lihat. Contoh bisa membuat orang tertarik bertindak atau tidak. Contoh adalah bentuk yang berbentuk, terlihat, tangible, bisa diinderai, membuat sesuatu menjadi terukur.

Menemukan contoh bisa Anda mulai dengan, “Seperti apa contohnya?”.

Para pejabat yang bilang “peduli”, “turut prihatin”, “akan segera melakukan tindakan terkait”, sering kebingungan ketika seorang wartawan bertanya, “Dalam bentuk apa?”.

Contoh selalu mempertanyakan bentuk, agar orang paham. Contoh juga dapat menggiring orang kepada “hasil”, akan seperti apa jadinya nanti.

Detail

Jangan lewatkan detail terpenting.

Ketika memahami sesuatu, cobalah bertanya, “Detail apa yang terpenting di sini?”. Jangan lewatkan sesuatu yang terpenting. Jangan terobsesi pada detail yang tidak penting.

Questioning

Ini bagian terpenting: mempertanyakan pertanyaan.

Betapa sering orang tidak mempertanyakan pertanyaan. Misalnya, ada pertanyaan, “Bagaimana cara mengecilkan ukuran foto?”. Pertanyaan itu belum spesifik, perlu Anda tanyakan lagi, agar menjadi lebih jelas. Mengapa? “Ukuran” dalam foto, bisa berupa “dimension” (panjang kali lebar, berapa pixel), “resolution” (ketajaman, berapa dpi), dan “file size” (ukuran file, berapa MB). Mengecilkan di Android atau PC? Pertanyaan yang jelas, selalu mengantar kepada solusi yang jelas. Membuat orang lain mau ikut menjawab dan memberikan alternatif terbaik.

Mulailah membuat 1 pertanyaan, seperti cara di atas, sebagai pengarah ketika Anda belajar atau mencari informasi.

Setiap hari, saya selalu membuat 1 pertanyaan untuk diri sendiri, dengan cara-cara di atas, dan sebisa mungkin saya jawab hari itu juga. Suatu pencapaian yang sangat berharga bagi diri sendiri. Dengan bertanya, saya bisa tahu tingkat kebodohan saya. Dengan menjawab saya dapat “sesuatu” hari ini. Dan saya tuliskan di catatan harian.