in

Cara Agen FBI Prediksi Perilaku Orang

Panduan ini bisa untuk deteksi perilaku kejahatan di sekitarmu dan membangun kepercayaan dengan orang lain.

cover buku sizing people up robin dreeke dan ilustrasi vector
PREDIKSI PERILAKU. Buku mantan agen FBI tentang cara prediksi perilaku orang. Spoiler: kamu tidak terlalu kenal dengan orang yang selama ini kamu kenal.

Kita sering lihat di serial dan film, agen FBI memprediksi siapa pelaku kejahatan ini, atau antisipasi kejahatan berikutnya. Mereka kadang salah, namun sering melakukan prediksi secara ilmiah, dengan pendekatan forensik, psikologi mental, penyamaran, permainan watak, dll.

Satu fakta yang jelas: mereka punya “manual” (panduan) dalam memprediksi perilaku orang. Dan kamu bisa pelajari itu.

Buku ini bisa menjadi panduan untuk memprediksi perilaku orang.

Buku ini berisi 6 cara mengidentifikasi dan membangun kepercayaan dengan siapapun. Buku ini memberikan bekal (berdasarkan pengalaman dan riset) untuk mendeteksi kebohongan dan membangun kepercayaan. Cocok dibaca mereka yang suka negosiasi, menjalin hubungan, mencari data, dll. Pelajaran psikologi kelas tinggi, yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan.

cover buku sizing people up robin dreeke
MANUAL. Ampuh untuk prediksi perilaku orang. Bukan hanya untuk deteksi kejahatan, tetapi untuk membangun kepercayaan dengan orang lain. (Credit: Amazon, John Murray Learning Publisher)

Info Buku

Judul: Sizing People Up: a Veteran FBI Agent’s User Manual for Behavior Prediction
Penulis: Robin Dreeke
Publisher: John Murray Learning
Edisi: Paperback
Tanggal Terbit: January 23, 2020
Bahasa: Inggris
ISBN-10: 1529308291
ISBN-13: 978-1529308297

Coba identifikasi karakter orang yang ada di sekitarmu. Pasanganmu, kawanmu, kemudian tanyakan ini ke diri sendiri, “Apakah saya mengenal orang ini dengan baik?”. Mungkin tidak. Kamu belum sepenuhnya mengenal dia.

Kebanyakan orang, hanya mengenal orang lain sebatas apa yang mereka tahu — karena kerendahan hati, kerahasiaan, rasa malu, dalih, atau privasi mereka sendiri. Banyak hal terlewatkan. Tidak ada yang sempurna. Semua orang rentan.

Mereka melanggar aturan dan berbohong ketika putus-asa (terdesak) untuk sesuatu yang mereka inginkan atau yang mereka takutkan.

Satu hal yang hampir selalu dapat kamu prediksi, akan dilakukan orang lain adalah: orang bertindak demi kepentingan terbaik mereka sendiri. Orang mau melanggar aturan, berniat berbohong, demi yang terbaik untuk diri mereka.

Jadi untuk menentukan bagaimana orang akan bertindak, kamu hanya perlu mempelajari apa yang menurut mereka menjadi “kepentingan terbaik” mereka sendiri, serta menggunakan pengetahuan itu untuk memprediksi perilaku mereka.

Kepercayaan

Kepercayaan, bukanlah masalah moralitas. Kepercayaan adalah prediktabilitas.
Kepercayaan sering diartikan sebagai konsistensi sehingga bisa memprediksi tindakan yang akan terjadi. Bukan. Prediktabilitas datang lebih dulu, kepercayaan mengikuti.

Jika kamu tidak bisa memprediksi secara masuk akal apa yang akan dilakukan seseorang, biasanya kamu tidak dapat mempercayai mereka. Yang bisa kamu prediksi, justru tidak bisa kamu percaya.

Keandalan adalah dealbreaker. Jangan ragu untuk menuntut bukti. Ingat prinsip ini: “Doveryai no Proveryai”, artinya: Percaya, tetapi verifikasi.

Mengapa Tidak Mudah Memprediksi Perilaku Orang?

Mengapa tidak mudah memprediksi perilaku orang?

Variabilitas

Perilaku itu variatif, tergantung pada keputusasaan seseorang, tingkat godaan, dan tingkat hukuman yang akan mereka hadapi jika mereka melanggar kepercayaan atau aturan perilaku lainnya.

Kekebalan

Ketika orang memiliki kekebalan dari konsekuensi—karena kekayaan, kekuasaan, atau status—hal itu cenderung memiliki efek negatif yang kuat pada perilaku mereka.

Ketidakmampuan

Orang gagal diprediksi, bisa jadi karena orang itu tidak mampu melakukan suatu tindakan, sekalipun mereka sudah mencoba dengan keras.

Umur Panjang

Jika hubungan terjadi singkat, sulit untuk memprediksi. Durasi menciptakan iklim yang jauh lebih menarik untuk penghargaan—atau hukuman.

Persepsi

Persepsi siapa? Persepsi kamu sendiri, tidak mudah memprediksi apa yang mereka lakukan. Ukur secara akurat dan ikuti persepsi mereka.
Taktik Membangun Hubungan

Sikap Kritis

Jujur dan terbuka pada kritik terhadap diri sendiri, membantu orang lain menghormati kamu. Awalnya menakutkan, namun akan bekerja dengan baik.

Gunakan Masa Lalunya, Agar Dia Rileks

Semakin kamu mengajaknya kembali ke masa lalu, orang akan menurunkan perisainya — karena ini insting dasar manusia. Misalnya, dengan bertanya, “Mana tempat liburan favorit kamu di masa kecil?”.

Buat Ia Merasa Cerdas, Dimengerti, dll.

Buat orang lain “merasa tentang diri mereka sendiri”. Merasa cerdas, merasa dimengerti, dll. membuat mereka merasa penting, berkuasa, dengan cara yang tulus.

Sistem untuk Mengukur Orang

#1. Vesting (Memberi)

Apakah orang ini percaya bahwa mereka akan mendapat manfaat dari kesuksesan kamu?

Sangat sedikit orang yang ingin menyakiti kamu. Mereka hanya berusaha untuk menjaga diri mereka sendiri — seperti Anda — jadi berhentilah menghakimi mereka.

Orang bisa mencium sikap menghakimi dari orang lain, dari jarak yang sangat jauh.

#2. Jangka Panjang

Apakah orang ini berpikir mereka akan memiliki hubungan yang lama dengan kamu?

Hubungan pendek mengundang eksploitasi. Buat kesan hubungan ini akan berlaku dalam jangka panjang. Hubungan singkat membuat orang semaunya, tidak menguntungkan, dan tidak ada prinsip berbagi keuntungan.

Ritualkan hubungan. Abadikan momen, beri makanan favorit, dll.

#3. Keandalan

Bisakah orang ini melakukan apa yang mereka katakan?

Cari konsistensi, kesesuaian, dan kompetensi. Apakah jawaban yang ia berikan di waktu dan kesempatan berbeda, memiliki kesamaan dan tidak saling-bertentangan?

Semakin orang berkompeten, semakin bisa berhasil. Ukuran kompeten, jika ia bisa mengerjakan hal sulit, secara profesional. Ketekunan, berkaitan dengan kualitas karakter, seperti: dorongan, tanggung jawab diri, dan etos kerja yang kuat—yang mengubah kompetensi menjadi tindakan dan penyelesaian. Ketekunan lebih sulit diukur daripada kompetensi.

#4. Tindakan

Apakah orang ini secara konsisten menunjukkan pola perilaku positif?

Tindakan lebih penting daripada apapun. Tindakan mendefinisikan siapa kamu. Tindakan lebih jelas dan akurat daripada kata-kata dan apa yang kamu rasakan. Tindakan dari masa lalu, tidak bisa menjadi ukuran — bagi sekarang dan masa depan.

Pola kejujuran dan keadilan masa lalu juga telah terbukti runtuh ketika orang percaya bahwa mereka dapat melakukan tindakan mereka secara anonim, atau tetap bebas dari konsekuensi.

Sejarah kejujuran, tidak bisa menjadi ukuran “dapat dipercaya”. Banyak orang profesional mahir dalam mengatakan kebenaran, tetapi jarang sekali yang “seluruhnya benar”. Jujur kemarin, belum tentu jujur sekarang.

Kejujuran terjadi jika ada integritas. Sebaliknya, jika dipelintir, akan menjadi destruktuf. Orang sering menggunakan faktor integritas untuk menyerang orang yang mereka lawan.

#5. Bahasa

Bagaimana orang ini berkomunikasi dengan bahasa?

Pantau bahasa seseorang. Ini cara yang paling tidak-menghakimi dan bisa memvalidasi orang lain. Gaya bahasa mencerminkan sekaligus menciptakan derajat positif.

“Kita tidak menggambarkan dunia yang kita lihat; kita melihat dunia yang kita gambarkan.” (René Descartes).

Bahasa bisa menyebarkan perilaku positif.

Coba deteksi bagaimana caranya menggunakan 150 kata pertama. Seberapa sering ia menyebut “saya”? Dia lebih banyak memakai kata-kerja atau kata-keterangan? Keyword apa yang ia pakai?

#6. Stabilitas

Apakah orang ini secara konsisten menunjukkan kematangan emosi, kesadaran diri, dan keterampilan sosial?

5 Elemen Kode Etik:

  1. Tangguhkan ego kamu, jangan buat mereka waspada, tersinggung, defensif, dan marah.
  2. Validasi orang ini, buat ia berpikir bahwa kamu menyetujuinya, agar ia tidak menarik diri dan berpindah ke orang lain.
  3. Jangan menilai orang, melakukan penghakiman.
  4. Tetap rasional, jangan termakan persepsi sendiri.
  5. Murah hati, dengan cara memberikan sesuatu yang lebih — melampaui harapan mereka.

Fakta dan Rumor

Fakta bisa dibuat-buat. Jangan terisap ke dalam fakta yang sudah diceritakan. Pelajari mekanisme untuk penipuan dan manipulasi, dalam hal informasi.

Pemimpin Bijaksana

Tunjukkan jalan menuju tindakan rasional.

Gunakan pertanyaan berikut:

  • Apa skenario terburuk dari ini?
  • Siapa yang mungkin tidak suka?
  • Tindakan apa yang akan mereka lakukan?
  • Saya sudah coba sampai di mana?

Kepemimpinan adalah tentang membagikan kekuatan. Bukan konsolidasi kekuatan.

Perhatikan Alasan Psikologis

Perilaku negatif mungkin terjelaskan menurut ilmu psikologi, namun bukan berarti bisa dibenarkan.

Hubungan antara Cinta, Rasa Bersalah dan Ketakutan:

“Rasa bersalah” (guilty feeling) adalah takut tidak dicintai. Takut ketika orang lain menemukan hal buruk, takut jika orang beralih pandangan. Pada sisi lain, orang cenderung tidak merasa menyesal atau malu ketika akan lolos dari sesuatu. Ini paradoks kekuasaan: Orang yang kuat lebih mungkin melanggar aturan, mengkhianati kepercayaan, dan tidak terlalu mengkhawatirkannya daripada orang yang rentan.

Secara mental dan emosional tidak mungkin berada dalam keadaan ketakutan dan keadaan cinta pada saat yang bersamaan.

Cinta adalah satu-satunya penangkal rasa takut yang dapat diandalkan, abadi, dan universal dalam hidup.

“Saya takut” adalah akar sebenarnya dari semua kejahatan, dan biasanya diwujudkan oleh potongan-potongan membosankan dan sepele dari politik kantor dan keluhan kecil yang terletak di ranah agresi. Hannah Arendt menyebut ini sebagai “banalitas kejahatan”. [dm]