in

Rahasia Menentukan Prioritas

Bisa menentukan prioritas itu kemampuan mahal yang akan selamatkan pekerjaan dan hidup. Kamu bisa pelajari di sini..

ilustrasi vector prioritas dan cover buku first things first
PRIORITAS. Rahasia menentukan prioritas, menjadi kemampuan mahal. Tanpa manajemen, prioritas berantakan dan pekerjaan kacau. Buku ini singkap rahasia menentukan prioritas.

Nongkrong dulu atau selesaikan pekerjaan dulu? Pakai waktu luang untuk hiburan atau mempelajari pekerjaan agar nanti lebih cepat selesai? Kita sering berhadapan dengan pertanyaan seperti itu. Tentang “first things first”, mana yang harus saya dahulukan.

Jika tidak bisa menentukan prioritas, hasilnya mantap: waktu tidak terkelola, hasil kacau, dan setelah “gagal” kita baru menyadari karena dulu kita salah menentukan prioritas.

Menentukan prioritas adalah kemampuan mahal yang bisa kita pelajari dalam waktu singkat, asalkan mengerti rahasianya. Kita akan ulas ini.

Banyak kawan saya bertanya, “Bagaimana rahasianya, menaikkan daya baca, dari 1 buku setiap minggu pada tahun 2020 menjadi 2 buku per minggu?”. Saya bisa. Rahasianya: saya tentukan prioritas pemakaian waktu untuk membaca buku dan secara teknis saya melatih kecepatan membaca.

Tidak banyak orang memikirkan “hal pertama yang harus dilakukan”. Mereka memilih mengikuti pola orang lain.

Steven R. Covey dalam buku First Things First secara khusus mengulas tentang rahasia membuat prioritas dan fokus. Saya akan ringkas isinya di sini, yang bisa kamu bawa pulang.

cover buku first things first steven r. covey
PRIORITAS. Tentukan mana yang harus kamu dahulukan dan kerjakan pertama. Buku ini singkap rahasia di balik cara tentukan prioritas. (Credit: Amazon, Steven R. Covey)

Info Buku

Judul: First Things First Paperback
Penulis: Stephen R. Covey
Penerbit: Free Press
Tanggal Terbit: January 17, 1996
Bahasa: Inggris
Edisi: Reprint
Halaman: 384 pages
ASIN ‏ : ‎ 0684802031
ISBN-10 ‏ : ‎ 9780684802039
ISBN-13 ‏ : ‎ 978-0684802039

Kompas dan Jam

Ada kesenjangan antara kompas dan jam. “Kompas” mewakili yang-penting (harus kamu kerjakan) dan “jam” tentang cara kamu menghabiskan waktu.

Jam itu tentang apa yang kita #lakukan: aktivitas, batas, komitmen, jadwal, dan waktu. Kompas itu tentang apa yang kita anggap #penting: misi, arah, prinsip, nilai, visi, dan cara kita menjalani hidup.

Jika ada kesenjangan antara kompas dan jam, terjadilah sakit. Merasa tidak menjalani hidup. Terjebak dalam bencana krisis. Mulai mempertimbangkan hal-hal yang tidak kita lakukan.

“Hidup yang bermakna bukanlah masalah kecepatan atau efisiensi. Ini lebih merupakan masalah apa yang kamu lakukan dan mengapa kamu melakukannya, daripada seberapa cepat kamu menyelesaikan masalah.”.

Kesenjangan bisa terjadi tiba-tiba. Misalnya, ada anggota keluarga meninggal. Jadwal berubah. Banyak juga yang memilih melarikan diri dari masalah, senang sesaat, lalu kembali ke masalah yang belum terselesaikan.

Mengelola Waktu

Agar dapat berkembang menuju kontrol dan efisiensi maksimal, tentukan sikap dalam mengelola waktu.

Generasi pertama adalah pengingat.

Mereka mengikuti arus, sambil tetap memperhatikan bagaimana mereka ingin menghabiskan waktu. Membuat daftar-periksa (checklist) dan menulis catatan, agar tidak lupa dengan tugas yang diperlukan.

Generasi kedua, mengandalkan buku pertemuan (appointment) dan kalender.

Fokus pada tanggung jawab pribadi, efisiensi, dan pencapaian dalam menetapkan tujuan, merencanakan, dan menjadwalkan acara dan aktivitas di masa depan.

Generasi ketiga, menghabiskan waktu untuk mengidentifikasi prioritas dan nilai mereka.

Pendekatannya: perencanaan, penentuan prioritas, dan pengendalian. Generasi ini ingin mencapai nilai. Penyelenggara dan perencana menjadi ciri generasi ini.

Generasi Keempat menghadapi perbedaan nyata antara keinginan dan kebutuhan masyarakat.

Mereka mencapai beberapa tujuan, tetapi mereka menjadi semakin tidak terpenuhi dan bahagia.

Kekuatan dari tiga generasi pertama harus dirangkul, sementara kelemahan dihilangkan. Kita membutuhkan revolusi.

Generasi keempat didasarkan pada paradigma yang menghasilkan kualitas hidup yang luar biasa.

Masalahnya: mengutamakan yang mendesak, bukan mengutamakan yang penting.

Beberapa dari kita menyukai dan mencari adrenalin yang bersifat sementara, ketika menangani krisis yang “penting” (important) dan “mendesak” (urgent). Mereka menjadi bergantung pada adrenalin untuk mendapatkan energi dan kegembiraan, merasa sukses, berguna, dan divalidasi “pandai” dalam suatu hal.

Ketika tugas penting dan mendesak tidak tersedia, kita menjadi tertarik pada tugas mendesak karena kita berpikir bahwa kita harus tetap sibuk agar terlihat menonjol.

Kita malu mengatakan atau menunjukkan bahwa kita tidak sedang sibuk. Kebanyakan dari kita, masuk jebakan betmen bernama “hustletrap“. Kesibukan adalah alasan untuk menghindari melakukan “hal pertama” dalam hidup kita.

Kebutuhan tidak terpenuhi mengarah pada kecanduan yang mendesak, perilaku yang merusak diri-sendiri, untuk mengisi kekosongan sementara. Kita memakai pendekatan dan alat untuk mengelola waktu, untuk mengatasi kecanduan ini.

Jangan terjebak pada pemenuhan hal-hal mendesak.

4 Kuadran Matriks Manajemen Waktu

Ini bagian terpenting, bagi mereka yang sering bertanya, “Bagaimana cara saya menetapkan prioritas? Mana yang harus saya kerjakan dulu?”.

Kalau kamu pernah baca tentang kuadran manajemen waktu atau Matrix Eissenhower, buku ini menjelaskan detailnya.

Kuadran Matriks Manajemen Waktu:

*) Catatan dari saya: ini Matriks Eissenhower.

Kuadran I Hal-hal yang Penting Sekaligus Mendesak

Contoh: membersihkan luka, mengejar penerbangan, menjalani operasi, dll.

Penting dan mendesak itu berkaitan dengan mengelola, memproduksi, dan menggunakan pengalaman, untuk menangani tantangan dan kebutuhan.

Mengabaikan Kuadran I sama dengan mengubur diri hidup-hidup.

Kuadran II Kepemimpinan Pribadi

Kuadran tempat kita memberdayakan orang lain, meningkatkan keterampilan kami, memperluas pikiran kami, dan melakukan perencanaan jangka panjang.

Itu artinya hal-hal rutin yang bisa mencegah kita bertemu hal-hal mendesak.

Momen integritas. Bukan sekadar alat, tetapi metode. Mewakili aktivitas penting yang tidak-mendesak.

Mengabaikan kuadran ini, akan menyebabkan kelelahan, stres, dan krisis lebih mendalam yang dapat menghabiskan waktu kita.

Proses Kuadran II memiliki tujuan esensial: memperpanjang jarak antara stimulus dan respon.

Perbanyak waktu di Kuadran I dan II.

Kuadran III Hal-hal Mendesak yang Tidak Penting

Ini merupakan kuadran penipuan. Penting bagi orang lain. Misalnya: rapat, panggilan telepon, kunjungan singgah. Kebisingan hal-hal mendesak, menciptakan ilusi kepentingan.

Kurangi tugas di Kuadran III.

Kuadran IV untuk yang Tidak Penting Sekaligus Tidak Mendesak

Sama dengan kuadran sampah. Abaikan. Boleh tidak kamu kerjakan.

Misalnya: menonton serial demi update tontonan, bergosip, nongkrong tanpa harapan, dan mendengarkan curhat orang lain.

Utamakan Kuadran I dan Kuadran II.

Penting dan mendesak sama-sama mempengaruhi hidup kita. Jangan terjebak pada kekosongan dengan bergantung kepada kebutuhan mendesak. Terpenuhi namun kepuasan itu sementara. Ingin terus mengisi kekosongan karena kebutuhan itu ada, jauh di dalam diri kita.

Catatan Ringkas dan Quote

Menghargai sesuatu tidak berarti akan membuat kita bahagia. Bahagiamu tidak ditentukan dengan membeli rumah atau mobil.

Nilai tidak akan meningkatkan kualitas hidup kita kecuali kita menghargai prinsip. Hidup bukan hanya tentang “saya” tetapi “kita”.

Berfokus pada metode atau praktik juga tidak akan membantu. Ketika hidup menjadi terlalu rumit, kita cenderung mencari keamanan dalam metode atau praktik, yang ditentukan, cara spesifik dalam melakukan sesuatu. Ini seperti mencoba bernavigasi di laut dengan peta jalan.

Hidup berdasarkan prinsip, membuat kita mudah beradaptasi.

Prinsip bukanlah berarti teologi atau organisasi keagamaan, melainkan realitas sebenarnya dan pengaruhnya terhadap kualitas hidup kita.

Mencontek bisa membuat orang sukses, namun jangka pendek. Siswa akan gagal total jika tidak ada cara untuk mencontek. Begitu pula mencontek pola orang lain yang bisa kamu anggap sukses. Pahami inti, tujuan, dan caranya. Jangan sepenuhnya meniru orang lain, sekalipun dianggap “yang terbaik”.

Orang cenderung melakukan perbaikan cepat dengan kesuksesan yang terlihat.
Kita tidak bisa memalsukan panen jika tidak mengerahkan tenaga dan waktu untuk menanam, mengolah, menyiram, dan menyiangi lahan.

Manusia memiliki kekuatan untuk memilih, menanggapi, dan berubah.
Hati nurani bisa menjadi adalah sistem panduan batin. Terhubung dengan kebijaksanaan zaman dan hati. Memahami misi dan karunia unik kita.
Kesadaran diri. Kapasitas untuk menganalisis sejarah, motif, tindakan, kecenderungan, kebiasaan, dll. Berdiri terpisah dari diri kita sendiri, mengambil-jarak. Menambah jarak antara stimulus dan respon.

Imajinasi kreatif. Kekuatan memvisualisasikan keadaan masa depan, memecahkan masalah secara sinergis, dan menciptakan sesuatu dalam pikiran. Mengubah cara kita memandang diri kita sendiri dan orang lain menjadi lebih baik. Belajar menerapkan prinsip secara efektif dalam berbagai keadaan.

Kemauan mandiri adalah kemampuan kita untuk bertindak. Saya adalah hasil dari pilihan saya.

Faktor genetik dan fenotip (struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku) mempengaruhi kita, tetapi tidak mengendalikan kita.

Kehendak mandiri memberikan kekuatan untuk mengatasi paradigma, menghadapi tantangan, menulis ulang skenario hidup kita, dan bertindak berdasarkan prinsip, bukan berdasarkan keadaan atau emosi.

Visi adalah ekspresi imajinasi kreatif terbaik dan motivasi utama tindakan manusia. Ini memungkinkan kita untuk melihat masa lalu, untuk menciptakan sesuatu yang belum terjadi. Visi berbasis ilusi tidak bisa terwujud. Visi parsial, berarti pilihan kita berdasarkan harapan orang lain, misalnya: memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi namun mengabaikan kebutuhan mental-spiritual.

Kualitas hidup kita berdasarkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons. [dm]