in

Berbagai Atraksi Ramaikan Kampung Sawah, Fashion Show Petani Hingga Karapan Sapi

SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebuah hamparan sawah di Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Minggu (29/12/2019) tampak berbeda dibanding hari biasa yang terbilang sepi. Ribuan pengunjung memeriahkan kirab budaya dengan membawa berbagai gunungan.

Festival Kampung Sawah 2019 nama event itu. Sedikitnya ada 87 RW dari 14 kelurahan di Kecamatan Mijen, Kota Semarang turut menjadi peserta festival tahunan tersebut.

Tidak hanya kirab budaya. Namun juga ada berbagai lomba atraktif. Mulai lomba tangkap bebek, fashion show busana tradisional petani di sawah, voli lumpur, tarik tambang, hingga lomba karapan sapi.

“Kegiatan seperti ini sangat unik dan menarik. Kami sekeluarga memang sedang menikmati liburan. Sangat senang mendapat informasi ada karapan sapi di Kampung Sawah Mijen. Kata suami saya bosan lihat keramaian kota, pengin liburan dengan suasana desa dengan hamparan hijau sawah yang sejuk,” kata salah satu pengunjung, Mulyasari Murti (27).

Para pengunjung Kampung Wisata Sawah Mijen melintasi pematang yang dibangun jembatan dari bambu dan dicat warna-warni. (foto abdul mughis/jatengtoday.com)

Persawahan tersebut memang memiliki pemandangan alam cukup alami. Selain hamparan sawah dan rimbun dedaunan, terdapat view panorama Gunung Ungaran yang menjulang dari kejauhan. Pengunjung bisa menikmati spot-spot foto di jembatan yang terbuat dari bambu di sepanjang pematang sawah atau sekadar bersantai di gubuk-gubuk milik petani.

“Mungkin ini kebetulan pas ada event, tempat ini sangat ramai. Tapi asyik juga, karena ada berbagai lomba unik. Sebetulnya saya menunggu-nunggu karapan sapi, tapi sayang perhelatannya berlangsung cepat,” katanya.

Sejumlah penonton asyik menyaksikan berbagai atraksi di Kampung Wisata Sawah Mijen. (foto abdul mughis/jatengtoday.com)

Ketua Panitia Festival Sawah, Kampung Wisata Sawah Mijen, Basuki Suprapto mengatakan ini merupakan event tahunan. “Ini kali kedua diselenggarakan. Pertama pada 2018 lalu, kedua 2019 ini,” katanya.

Tahun ini, kata dia, lebih meriah dari tahun sebelumnya karena ada festival gunungan dengan melibatkan 87 RW dan 14 kelurahan. Selain itu juga diikuti sejumlah pengusaha, pondok pesantren, sekolah, dan lain-lain.

“Jumlah kelompok peserta mencapai ratusan, mereka menjadi peserta kirab budaya dengan membawa gunungan,” katanya.

Menurut dia, antusiasme masyarakat Kota Semarang terhadap event tersebut luar biasa.

“Ada berbagai inovasi event yang membuat Festival Gunungan mampu menyedot ribuan pengunjung. Di antaranya adanya lomba Karapan Sapi. Di tempat lain sudah punah. Kemungkinan hanya ada di Mijen dan akan terus kami uri-uri (lestarikan),” katanya.

Dua tim tarik tambang saling beradu di medan sawah berlumpur Kampung Wisata Sawah Mijen. (foto abdul mughis/jatengtoday.com)

Selain itu ada lomba voli lumpur, tarik tambang, dan lomba tangkap bebek di lumpur. Hal yang tak kalah menarik lagi adalah fashion show busana tradisional petani yang diikuti dari berbagai kalangan, mulai pelajar hingga umum.

Para peserta fashion show menampilkan berbagai busana tradisional. (abdul mughis/jatengtoday.com)

Sedangkan lomba karapan sapi menjadi salah satu unggulan. Namun lomba ini berlangsung cukup cepat, karena memang tidak mudah.

Dia mengakui, di Kampung Sawah dalam sehari-hari memang terbilang sepi pengunjung, atau hanya ramai ketika ada kegiatan saja. Sejumlah kalangan DPRD Kota Semarang sebelumnya menyampaikan kritik Kampung Tematik Kampung Sawah ini kondisinya memprihatinkan karena sepi.

Namun ke depan pihaknya akan berupaya mengembangkan dengan berbagai inovasi kegiatan. “Kami akan terus berupaya lebih menggeliatkan wisata. Jangankan tempat wisata yang pengelolaannya belum maksimal, bahkan wisata yang sudah terkenal aja kalau tidak ada event tertentu juga sepi,” katanya.

Pertandingan voli di arena sawah berlumpur Kampung Wisata Sawah Mijen. (abdul mughis/jatengtoday.com)

Lebih lanjut, dia berdalih kendala pengelolaan Kampung Sawah sejauh ini dalam hal perawatan yang membutuhkan biaya sangat besar. Misalnya perawatan track, pengecatan dan seterusnya, membutuhkan bantuan baik dari pemerintah maupun swasta. “Pada awal-awal sejak diresmikan oleh Bapak Wali Kota Semarang sebagai kampung Tematik Kampung Sawah, memang ramai terus. Mungkin pengelolaannya yang butuh support pendidikan, diklat, promosi dan support anggaran kaitannya dengan perawatan,” katanya.

Support tersebut diharapkan tidak hanya dari pemerintah saja. Tetapi pengelola tempat ini agar bisa menggandeng Corporate Social Responsibility (CSR) maupun pemerhati wisata. “Pengelolaannya murni oleh warga, yakni Pokdarwis. Sedangkan lahan pertanian yang digunakan sebagian milik pemerintah, sebagian milik warga,” katanya.

Saat ini pihaknya juga meminta bantuan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, selaku leading sector untuk menghidupkan wisata di Kota Semarang.

“Kami sudah melakukan koordinasi. Pak Camat memiliki statement bahwa di Kampung Sawah ini akan terus digelar berbagai kegiatan kreatif, di antaranya Festival Layang-layang, Festival Kicau Burung, dan mungkin juga kegiatan lain yang bisa meramaikan Kampung Wisata Sawah,” kata pria yang juga menjabat Sekretaris Camat Mijen ini. (*)

 

editor : ricky fitriyanto

Abdul Mughis