SEMARANG (jatengtoday.com) – Namanya Lister Napitupulu. Ia seorang dokter spesialis rehabilitasi medis di RSUD dr Adhyatma Semarang yang terkenal mempunyai hubungan akrab dengan para pasiennya.
Saat jatengtoday.com mencoba menemuinya, kebetulan dr Lister sedang menggelar acara tasyakuran di sebuah rumah makan karena anak pertamanya baru saja diwisuda. Banyak yang menghadirinya, dari mulai anak-anak hingga orang tua.
“Ini yang datang tuh klub pasien semua,” ucapnya mengawali pembicaraan, Selasa (29/1/2020) petang.
Menurut dr Lister, pemandangan semacam ini bukan kali pertama terjadi. Ia memang kerap mengundang pasien-pasiennya yang rata-rata pengguna layanan BPJS untuk datang ke acara keluarganya.
“Kadang ya gantian, saya yang berkunjung ke rumah-rumah pasien, lihat bagaimana kondisi kesehatannya dan sebagainya. Karena semua sudah tak anggap keluarga,” kata dr Lister.
Dia ingin mengubah persepsi masyarakat yang masih menganggap bahwa dokter itu cenderung eksklusif. “Saya malah ingin dekat dengan pasien. Saya mau dibutuhkan oleh mereka,” tegasnya.
Mulai tahun 2018 lalu, ibu dari 3 anak itu membuat grup Whatsapps (WA) yang isinya kontak para pasien. Tujuannya untuk mempermudah komunikasi. Meskipun diakui tidak semua pasien dimasukkan karena ada yang tidak mempunyai atau tak bisa menggunakan WA.
Baca juga: Mengenal Gunarti, Kartini dari Pegunungan Kendeng yang Getol Menolak Pabrik Semen
Dia menyadari betul jika hanya mengandalkan jam kerja rumah sakit, para pasiennya tentu tidak akan tersentuh secara maksimal. Apalagi pasien rehabilitasi yang notabene memerlukan proses penyembuhan dengan waktu yang tidak sedikit.
Sebab dalam satu minggu biasanya pihak rumah sakit hanya memberikan layanan satu kali. “Jadi kurang memuaskan lah. Karena kami (dokter dan pasien) juga ketemu paling 5 menit. Nggak sempat apa-apa,” ungkapnya.
Dokter spesialis rehabilitasi medis sendiri memang berperan membantu mengembalikan fungsi tubuh pasien yang menderita gangguan atau kecacatan.
Dia mencontohkan dengan pasien yang belum sembuh sepenuhnya dari penyakit stroke, pasien pasca operasi fraktur tulang, atau anak yang mengalami keterbelakangan, terlambat pertumbuhan, autis, dan lain sebagainya.
Menurut dr Lister, untuk penyakit jenis tersebut dibutuhkan banyak sarana edukasi dan konsultasi. “Makanya saya di rumah juga membuat klub sehat, bisa datang buat terapi, buat senam-senam, guyub-guyub gitu,” celetuknya.
Dokter rehabilitasi medis memang dapat memberikan perawatan kepada pasien berdasarkan riwayat kesehatan yang dimiliki. Hal itu menjadi pertimbangan dr Lister dalam mengedukasi pasien.
“Saya sudah melakukan ini dari lama. Saya pikir, bagaimana memberikan pelayanan yang benar-benar bisa menjangkau persoalan mereka, supaya penyakitnya bisa sembuh,” harapnya.
Sesekali, dia ingin berbagi pola hidup sehat, sehingga pasien bisa memanajemen kesehatannya sendiri di rumah masing-masing. Baik gaya hidup melalui makanan yang dikonsumsi, aktivitas dan pekerjaan yang dijalani, termasuk dalam hal rohani.
Lebih jauh, dr Lister yang kini sudah memiliki jam terbang tinggi itu berharap supaya bisa mentransfer klowledge kepada orang-orang yang masih awam. Sehingga, jangan sampai orang menderita penyakit yang berkepanjangan.
Diakui, pasien-pasiennya saat ini banyak yang tidak terlihat sakit. Orang-orang bahkan pernah mempertanyakan hal itu saat ia membagikan momen kebersamaan dengan pasiennya. “Biasanya saya jawab, loh, saya memang harus membuat mereka sehat kok,” ceritanya.
Baca juga: Kisah Pilu Rahmadi Mempertahankan Hidup, Terusir Akibat Proyek Normalisasi BKT
Untuk diketahui, dr Lister sudah melakukan kerja-kerja kemanusiaan sejak masih bekerja di Puskesmas Padang Guci, Kabupaten Kaur, Bengkulu. Saat itu di sana ia menjadi dokter perempuan pertama setelah berhasil menempuh pendidikan dokter umum di Universitas Sumatera Utara (USU).
Selepas itu, dia mengikuti tes CPNS, lolos dan ditempatkan di RSUD Tugurejo (kini RSUD dr Adhyatma) pada tahun 2000. Kemudian di 2005, dr Lister melanjutkan jenjang pendidikannya dengan mengambil spesialisasi di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Pasca lulus pada tahun 2010 hingga sekarang (2020) masih diamanahi sebagai dokter spesialis,. “Nggak terasa, saya sudah 20 tahun tinggal di Semarang,” ucapnya.
Uniknya, di tengah kesibukan itu ternyata setiap pagi dr Lister masih menyempatkan untuk berinteraksi dengan anak-anak TK yang ada di rumahnya. Memang, selain dijadikan tempat klinik, sebagian rumahnya dijadikan sebagai tempat pendidikan.
“Saya menikmati keadaan ini. Pokoknya tidak berhenti dan tak boleh lelah melakukan apa saja, selagi itu bermanfaat untuk orang lain,” tandas dr Lister. (*)
editor: ricky fitriyanto