in ,

Belajar Mengukir Bangau, Ganjar Bawa Pulang Banteng

JEPARA – Calon Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terpukau dengan kerajinan ukir Jepara ketika mengunjungi Sentra Kerajinan Ukir RT 1 RW 5 Mulyoharjo, Kabupaten Jepara. Minggu (18/3/2018). Ia kagum dengan ukiran-ukiran luar biasa yang ternyata karya anak muda lulusan SMP.

Ganjar menyambangi Galeri Karir Maya Saafia. Pemiliknya, Ulfi, adalah pemuda 28 tahun. Lulus SMP, ia tak meneruskan sekolah dan memilih mendalami seni ukir.

Ketika Ganjar datang, Ulfi sedang menggarap ukiran bangau pada sebuah akar kayu. “Kalau dijual berapa ini,” tanya Ganjar.

“Yang ini ya tiga jutaan, kalau naga bisa tujuh juta, ” kata Ulfi.

Ganjar nampak kagum dengan ukiran Naga yang nampak detil dan rumit tapi halus itu. Ukiran setinggi dua meter itu digarap Ulfi sendiri dalam waktu dua bulan.

“Prosesnya bikin gambar dulu kemudian baru ditatah atau diukir,” ujar pria lulusan SMP 4 Kuwasen Jepara tersebut.

Hasil ukiran Ulfi bervariasi. Rata-rata figur hewan. Selain naga dan bangau, ada juga kuda, ikan koi, rajawali, gajah dan lainnya. Hasil kerajinan itu dijual bervariasi dari ratusan ribu sampai belasan juta.

“Banteng ono rak?” tukas Ganjar.

Ternyata ada. Sebuah patung banteng dalam posisi siaga berduel. Tertarik pada figur tersebut, Ganjar pun membelinya.

Mendapat penjelasan dari Ulfi, Ganjar juga sempat mempraktikan cara mengukir. Dengan mendapatkan arahan dari Ulfi, Ganjar mencoba meneruskan ukiran yang telah dikerjakan oleh Ulfi. “Wah, ternyata saya bisa ngukir,” seloroh Ganjar dengan nada bercanda.

Calon gubernur nomor urut satu itu menyatakan, ketrampilan yang dimiliki Ulfi dan para pengrajin ukir lain mesti ditularkan kepada masyarakat, terutama di kalangan pemuda. “Jadi belajar tidak harus di sekolah saja, bisa juga seperti Ulfi yang belajar mengukir sebagai satu ketrampilan,” ujarnya.

Namun untuk lebih menarik minat anak muda, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan seni ukir di Kabupaten Jepara harus dibuat dan diperbanyak. Tujuannya, untuk mengembangkan kemampuan para generasi muda sekaligus melestarikan budaya lokal Jepara yang sebagian masyarakatnya bekerja sebagai pengrajin ukir.

Menurutnya, dengan adanya sekolah formal khusus tentang ukir, maka lulusannya akan lebih terarah, mulai dari gaya ukir, karakter, teknik, termasuk cara memasarkan. “Bila lebih kreatif lagi maka masyarakat menjual paket wisata di mana wisatawan bisa punya kesempatan melihat cara mengukir sekaligus mencoba merasakan mengukir kayu. Jika itu bisa diaplikasikan maka bisa jadi wisata yang kita banggakan,” terang Ganjar. (ajie mh)

Editor : Ismu Puruhito