SEMARANG (jatengtoday.com) – Setelah mengundang grup musik asal Denmark Michael Learns to Rock (MLTR) pada 22 November 2019, serta boyband Westlife pada 1 September 2019 lalu, Kota Semarang bakal kembali mendatangkan bintang tamu bertaraf internasional pada 2020 mendatang.
Namun demikian, musisi atau band apa yang akan diundang masih dalamq pengkajian dan pertimbangan. “Tahun depan (2020), direncanakan akan kembali mengundang artis internasional. Saya akan membuat polling melalui instagram,” kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, Minggu (8/12/2019).
Dikatakannya, saat ini telah dilakukan pembahasan mengenai rencana mendatangkan bintang tamu band internasional pada 2020. “Yang sudah masuk list misalnya Ronan Keating, Air Supply, dan lain-lain. Nanti akan saya polling di instagram, temen-temen cocok yang mana. Siapa yang kehadirannya dinantikan oleh temen-temen,” katanya.
Rencana mengundang musisi papan atas tersebut diperkirakan akan dilaksanakan mendekati HUT Kota Semarang. Ini menjadi salah satu upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang untuk mendongkrak popularitas Kota Lumpia agar mampu menyedot wisatawan.
“Kunjungan wisatawan di Kota Semarang tahun ini targetnya 5 juta wisatawan. Harapannya tahun depan bisa meningkat. Saya juga sudah ingatkan buat Sam Poo Kong, Lawangsewu, buatlah event. Karena masyarakat sudah tahu tempat itu bagus. Tapi kalau ada event akan semakin membuat tempat itu terangkat,” katanya.
Salah seorang warga, Nuris Ardiyanto (27), mengapresiasi upaya Kota Semarang mendatangkan artis internasional. “Bagus sih, kalau Semarang mulai disinggahi artis internasional. Namun menurut saya masih terkesan ‘tanggung-tanggung’. Toh dari sisi anggaran saya rasa mampu. Mengapa tidak sekalian mendatangkan Metallica, Guns N’ Roses, Hellowen ataupun Iron Maiden? Yogyakarta saja kelasnya mendatangkan Dream Theatre, Semarang baru MLTR,” ujarnya.
Terlepas dari itu, Nuris menyoroti peran pemerintah dalam memberi perhatian serius terhadap musisi lokal. “Banyak potensi musisi lokal juga perlu diperhatikan secara serius. Bagaimana cara mengangkat eksistensi musisi lokal. Bagaimana menemukan formula baru agar iklim musik lokal kembali bergairah. Bibit muda bisa muncul,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto