SEMARANG – Sejumlah dokter dan perawat di RS Pantiwiloso Semarang mendatangi pedagang Pasar Bugangan Semarang, Jumat (16/3). Mereka mendatangi satu persatu pedagang dan pembeli untuk membagikan masker dan leaflet serta memberikan sosialisasi mengenai informasi penyakit Tuberkulosis (TBC).
Para pedagang dan pembeli begitu antusias meminta masker dan leaflet yang dibagikan tersebut. Dalam waktu singkat, ratusan masker yang disiapkan ludes dibagikan.
“Kegiatan pembagian masker dan leaflet ini kami lakukan dalam rangka memperingati Hari TBC sedunia pada 24 Maret mendatang. Kampanye ini bentuk kepedulian kami untuk mensosialisasikan tentang bahaya dan penanggulangan penyakit menular itu,” kata Ketua Tim TBC RS Pantiwiloso Semarang, Dr Nurendah.
Nurendah menambahkan, sengaja pihaknya menggelar kampanye TBC di pasar karena lokasi itu jarang tersentuh program sosialisasi. Selain itu, pasar merupakan tempat umum yang banyak terjadi pertemuan berbagai masyarakat.
“Dengan banyaknya orang di pasar, maka kemungkinan penularan penyakit TBC akan semakin besar. Sebab, penyakit ini mudah sekali menular dari udara, misalnya dari batuk, bersin atau dahak penderita,” terangnya.
Sementara lanjut dia, informasi mengenai bahaya penyakit TBC dan cara penanggulangan penyakit ini masih rendah. Untuk itu, pihaknya mengaku penting melakukan kampanye pembagian masker dan informasi ke pedagang.
“Sehingga informasi dari melalui leaflet diharapkan akan memberi pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC. Selain itu, gerakan penggunaan masker juga diharapkan akan menjadi budaya, dimana jika sedang sakit maka dengan sendirinya masyarakat memakai masker agar tidak menulari yang lainnya,” tegasnya.
Lebih lanjut Nurendah menerangkan, gejala TBC biasanya dimulai dengan batuk yang terus menerus selama dua minggu. Untuk itu, masyarakat yang mengalami hal itu diharapkan segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
“Kalau gejala Iain misalnya batuk bercampur darah, sesak nafas, badan lemah, nafsu makan berkurang, berat badan turun dan demam berkepanjangan. Itu biasanya kalau sudah parah, namun gejala awal adalah batuk yang tidak kunjung sembuh,” tambahnya.
Selama ini lanjut Nurendah, penyakit TBC masih banyak dijumpai. Di rumah sakit Pantiwiloso saja misalnya, jumlah pasien dengan penyakit TBC juga banyak dijumpai penyakit tersebut.
“Yang bahaya adalah jika penyakit TBC tidak ditangani secara serius, maka akan menjadi TBC yang kebal obat. Untuk itu, edukasi semacam ini akan terus kami giatkan,” pungkasnya.
Sementara itu, salah satu pedagang Pasar Bugangan, Risky Jati, 24 mengaku tidak mengetahui secara pasti tentang penyakit TBC dan cara menanggulanginya. Untuk itu, dirinya merasa senang mendapat sosialisasi dari sejumlah dokter rumah sakit Pantiwiloso tersebut.
“Sangat bermanfaat sekali informasinya, jadi tahu tentang penyakit TBC dan cara pencegahannya,” kata dia.
Ia sebelumnya tidak tahu bahwa penggunaan masker sangat penting saat sakit. Sebab, selama ini dirinya tidak pernah menggunakan masker saat sakit.
“Baru tahu kalau penggunaan masker sangat penting, jadi nanti kalau sakit saya pastikan akan menggunakan masker,” pungkasnya. (andika prabowo)
Editor : Ismu Puruhito