Alasan mengapa kita berpikir adalah agar kita bisa mengambil tindakan. Jika berpikir tidak berakhir dengan tindakan, itu tidak berguna.
Rantai penalaran DADA, 1950
Data → Analysis → Decision (Keputusan) → Action (Tindakan)
Tindakan adalah titik akhir dari Berpikir.
Keputusan berarti membuat pilihan. Analisis berarti memeriksa kredibilitas, keandalan, dan kegunaan data. Kita membandingkan data baru dengan data yang dikumpulkan sebelumnya.
Loop OODA, John Boyd
Observe (Amati) → Orient (Orientasi) → Decision (Keputusan) → Action (Tindakan)
Awalnya, diterapkan di pilot pesawat tempur.
Badan intelijen menghasilkan pertanyaan dan kemudian mengirim mata-mata untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut
Seorang jenderal, misalnya, ingin mengetahui apa yang terjadi di konflik perbatasan, kemudian memerintahkan inteljen untuk mengumpulkan data berikut: Apa kekuatan pasukan di kedua sisi perbatasan itu? Berapa banyak divisi yang dimiliki masing-masing pihak? Apa teknologi tangki mereka dan seberapa efisien jalur pasokannya? Kemudian, intelejen mengirimkan data kepada Sang Jendral.
Setiap interaksi manusia berwujud 3 jenis permainan ini:
- Zero-sum (jumlah nol). Hasilnya, nol. Jika kekalahan Pemain 1 dijumlahkan dengan kemenangan Pemain 2, hasilnya nol. Ada yang menang, ada yang kalah.
- Positive sum (jumlah positif). Kooperasi, kerjasama. Selama sama-sama untung, terjadi kemitraan, dan hasilnya positif.
- Negative sum (jumlah negatif). Semua pihak kalah. Masing-masing pihak ingin lawannya kalah atau lebih kalah.
Berpikir itu murah, tetapi tindakannya lebih mahal
Teknologi modern telah membuat pengumpulan data lebih terjangkau, tetapi analisis lebih rumit dan mahal. Saat kamu berpikir, kamu dapat menghentikan atau mengeluarkan beberapa data. Begitu kamu sudah bertindak, sulit untuk kembali — biaya mendapatkan atau kehilangan naik.
Hal sebaliknya, terjadi pada kuantitas. Jumlah data yang dimulai jauh lebih sedikit daripada opsi keputusan. Ada lebih banyak analisis yang bisa kita lakukan daripada keputusan yang bisa kita buat.
Cerita di Balik Saddam Husein dan Perang Melawan AS
Banyak orang mempertanyakan, Saddam Husein punya senjata pemusnah massal atau tidak. Ada yang bilang punya, ada yang bilang tidak. AS memberikan opsi yang mengarah kepada zero-sum game: jika Saddam tidak bisa membuktikan, perang terjadi.
Saddam tidak berusaha menjadi ancaman bagi AS karena musuh Saddam sesungguhnya adalah internal (di Irak sendiri) dan Iran. Saddam berkuasa melalui kudeta. Banyak anggota partainya dieksekusi setelahnya. Saddam diceritakan selalu hidup-berpindah. Musuh keduanya, Iran, terlibat dalam perang perbatasan yang brutal pada 1980-an yang menyebabkan kematian ribuan orang. Saddam khawatir perang lain bisa terjadi lagi. Saddam berpikir tentang cara memenangkan 2 zero-sum game ini.
Saddam percaya Irak tidak bisa terlihat lemah di mata Iran, jadi dia membuat mereka berpikir dia memiliki WMD untuk mencegah serangan. Tapi, dia juga tidak ingin ada orang di Irak yang memiliki WMD, sehingga mereka tidak akan menggunakannya untuk mengancam kekuasaannya. Dia kemudian menciptakan kesan memiliki stok WMD padahal dia hanya memiliki sedikit.
Strategi itu berhasil sampai mencapai zero-sum game dengan AS. Dia harus memilih antara memenangkan dua game teratasnya (pertempuran internal dan Iran), dan berperang melawan AS. Dia memutuskan untuk menangani ancaman langsung terlebih dahulu, dan itu keputusan yang merenggut nyawanya. [dm]