in

Awas, Apophenia di Musim Pemilu

Kesalahan melihat pola kosong, mempengaruhi pemahaman kita terhadap Pemilu di Indonesia.

Pemilu di Indonesia sering kali menjadi panggung besar bagi informasi dan data yang berlimpah. Di tengah kerumunan angka dan opini ini, apophenia — kecenderungan manusia untuk menemukan pola dalam acak — berperan krusial. Mulai dari menganalisis hasil survei hingga menginterpretasikan tren di media sosial, fenomena ini dapat menyesatkan, membawa kita ke pemahaman yang keliru tentang dinamika politik.

Apa dampak apophenia dalam pemilu Indonesia, menyoroti pentingnya pandangan kritis dan objektif dalam memproses informasi politik untuk mencegah kesalahan interpretasi yang bisa memengaruhi opini publik dan keputusan politik.

Mengenal “Apophenia”

Sejarah kata “apophenia” dimulai dengan penciptaannya oleh psikiater Jerman, Klaus Conrad, pada tahun 1958. Conrad menggunakan istilah ini dalam publikasinya tentang tahap awal skizofrenia. Kata “apophenia” berasal dari bahasa Jerman “Apophänie,” yang sendiri diambil dari bahasa Yunani Kuno ἀποφαίνω (apophaínō), yang berarti “muncul” atau “menampakkan diri”.

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan fenomena di mana seseorang melihat pola dan makna dalam stimulus acak pada tahap awal skizofrenia. Meskipun istilah ini sudah ada sejak 1958, penggunaannya dalam bahasa Inggris, seperti yang tercatat dalam Merriam-Webster, baru tercatat sejak tahun 1999. Ini menunjukkan penyebaran dan penerimaan konsep ini di luar konteks awalnya seiring berjalannya waktu.

Apophenia adalah fenomena kognitif yang dijelaskan dalam berbagai studi ilmiah, termasuk di bidang psikiatri dan neurosains. Sebuah studi di PubMed membahas apophenia sebagai kecenderungan untuk melihat hubungan palsu kecenderungan untuk melihat hubungan palsu, yang menunjukkan kaitannya dengan sifat terbuka dan psikotisisme. Ini membantu memahami dasar kognitif apophenia dan hubungannya dengan kondisi kesehatan mental seperti skizofrenia.

Dalam skizofrenia, apophenia terlihat karena gangguan ini mengubah proses pemikiran dan persepsi. Pasien mungkin mempersepsikan kejadian yang tidak terkait sebagai memiliki makna pribadi yang signifikan, yang mengarah pada pemikiran delusional.

Ini bisa muncul, misalnya, sebagai keyakinan bahwa siaran TV acak mengirimkan pesan khusus kepada mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, apophenia lebih umum dan tidak berbahaya, seperti melihat bentuk di awan atau pola dalam kebisingan acak. Meskipun biasanya tidak berbahaya, penting untuk mengenali kecenderungan ini untuk mencegah salah tafsir atau interpretasi berlebihan dari kejadian atau data acak.

Bentuk dan Contoh Apofenia

Pareidolia. Eva melihat sepotong roti bakar dan yakin melihat gambar wajah tokoh terkenal. Ini mendorongnya untuk mempercayai bahwa ini adalah tanda atau pesan khusus.

Perjudian. Farhan bermain poker dan mulai percaya bahwa dia dapat “membaca” pola perilaku pemain lain, meskipun pada kenyataannya, tindakan mereka sepenuhnya acak dan tidak terkait.

Statistik. Gita, seorang peneliti, mengamati pola dalam data cuaca dan yakin bahwa dia telah menemukan prediksi jangka panjang. Namun, setelah analisis lebih lanjut, ia menyadari bahwa pola tersebut hanyalah kebetulan.

Keuangan. Haris mengamati grafik pasar saham dan yakin menemukan pola yang akan menghasilkan keuntungan besar. Dia menginvestasikan sejumlah besar uang berdasarkan “pola” ini, hanya untuk menyadari bahwa pasar tidak dapat diprediksi seperti yang dia pikirkan.

Sejarah dan Arkeologi. Sering kali, peneliti atau penggemar sejarah mungkin melihat pola atau hubungan dalam artefak atau dokumen sejarah yang sebenarnya tidak ada, mengarah pada teori atau interpretasi yang salah.

Media Sosial dan Internet. Pengguna internet sering menemukan pola atau hubungan dalam posting atau tren online, yang mungkin hanya kebetulan atau tidak signifikan.

Kesehatan dan Medis. Dalam bidang medis, pasien atau bahkan dokter mungkin melihat pola dalam gejala atau hasil tes yang sebenarnya tidak terkait, yang bisa mengarah pada diagnosis yang salah atau kekhawatiran yang tidak perlu.

Nassim Taleb dalam karyanya “IncertoIncerto” memang membahas fenomena serupa, di mana orang cenderung mencari pola dalam ketidakpastian atau keacakan.

Dia menggarisbawahi kecenderungan manusia untuk memaknai pola acak sebagai sesuatu yang bermakna, sering kali mengabaikan prinsip ketidakpastian dan variabilitas acak yang sebenarnya ada.

Taleb menekankan pentingnya memahami bahwa banyak aspek dunia adalah acak dan tidak terprediksi, dan bahwa manusia harus berhati-hati untuk tidak menarik kesimpulan yang salah dari pola-pola yang tampaknya muncul dari keacakan ini.

Pendekatan “ketidakpastian” ini sangat penting dalam bidang seperti keuangan dan ekonomi, di mana pengakuan akan ketidakpastian dan keacakan bisa memiliki konsekuensi besar.

Memastikan Tidak Terjebak di Pola Kosong

Untuk menentukan apakah suatu rangkaian data acak atau memiliki pola, pengujian statistik adalah pendekatan terbaik. Salah satu metode yang sering digunakan adalah uji chi-square untuk kebaikan kesesuaian.

Metode ini membandingkan distribusi frekuensi yang diamati dalam data dengan distribusi yang diharapkan bila data tersebut acak.

Pengujian lainnya termasuk uji run, yang memeriksa seberapa sering dan dalam urutan apa nilai tertentu muncul, serta analisis spektral, yang memeriksa frekuensi yang berbeda dalam data untuk mengidentifikasi pola tersembunyi.

Semua metode ini membantu dalam menentukan apakah terdapat pola atau struktur yang signifikan dalam data, atau apakah data tersebut hanya acak.

Menguji Ketidakpastian

Uji Autokorelasi. Mengukur seberapa kuat data berkorelasi dengan dirinya sendiri pada interval waktu yang berbeda. Misal, seseorang melihat tren dalam data cuaca harian dan percaya ada pola yang dapat diprediksi. Uji autokorelasi menunjukkan bahwa korelasi yang diduga tidak signifikan, membuktikan bahwa data tersebut acak.

Uji Serial Correlation (Durbin-Watson). Menilai korelasi serial dalam residu dari regresi statistik. Misalnya, seorang investor melihat pola dalam fluktuasi harga saham. Uji Durbin-Watson menunjukkan tidak adanya korelasi serial yang kuat, menunjukkan bahwa pergerakan harga lebih acak daripada berpola.

Analisis Fourier. Mengkonversi data waktu ke domain frekuensi untuk mencari pola berulang. Misalnya, Seorang musisi yakin ada pola berulang dalam komposisi musik acak. Analisis Fourier tidak menemukan frekuensi atau ritme berulang yang signifikan, menunjukkan bahwa komposisi tersebut acak.

Uji Kolmogorov-Smirnov. Membandingkan distribusi kumulatif dua set data. Ini terjadi ketika misalnya seorang analis percaya ada kesamaan distribusi dalam penjualan produk yang berbeda. Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan distribusi yang sangat berbeda, menolak hipotesis kesamaan pola.

Apofenia di Musim Pemilu

Banyak fenomena menunjukkan, apophenia merebak di musim Pemilu.

Pola dalam Hasil Survei

Asumsi bahwa hasil survei elektoral menunjukkan pola yang dapat memprediksi hasil pemilu secara akurat. Survei mungkin tidak mencerminkan seluruh populasi pemilih, dan hasilnya bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Survei cenderung memiliki keterbatasan sampel dan bisa dipengaruhi oleh bias responden.

Tren Media Sosial

Dugaan bahwa popularitas kandidat di media sosial mencerminkan dukungan pemilih secara keseluruhan. Popularitas di media sosial tidak selalu mencerminkan dukungan riil di antara pemilih secara keseluruhan. Aktivitas media sosial tidak selalu mencerminkan sentimen pemilih secara keseluruhan karena representasi demografis yang tidak merata.

Hubungan Peristiwa Politik

Asumsi bahwa peristiwa politik tertentu (misalnya skandal) memiliki dampak langsung dan signifikan terhadap popularitas atau dukungan terhadap kandidat tertentu. Skandal politik mungkin tidak selalu berdampak langsung terhadap dukungan pemilih. Persepsi dampak skandal politik sering kali subjektif dan mungkin tidak berpengaruh secara langsung terhadap dukungan pemilih.

Pola dalam Perilaku Pemilih

Menafsirkan perubahan kecil dalam perilaku pemilih sebagai indikator tren besar dalam preferensi politik. Perubahan kecil dalam perilaku pemilih mungkin bukan indikator yang tepat untuk tren politik yang lebih besar. Perubahan perilaku pemilih mungkin bersifat sporadis dan tidak selalu menunjukkan tren yang konsisten.

Interpretasi Komentar Publik

Melihat makna tersembunyi atau prediktif dalam komentar publik atau analisis politik. Komentar publik seringkali subjektif dan bisa menyesatkan dalam menganalisis tren politik. Komentar publik seringkali bersifat anekdotal dan tidak dapat diandalkan sebagai indikator tren politik yang akurat.

Kejadian Nasional sebagai Tanda

Memandang peristiwa nasional besar, seperti bencana alam, sebagai tanda atau ramalan terkait hasil pilpres. Peristiwa nasional besar seringkali tidak berkaitan langsung dengan hasil pemilihan. Peristiwa nasional seperti bencana alam seringkali tidak berkorelasi langsung dengan politik.

Pola dalam Kampanye

Mencoba mencari keterkaitan antara strategi kampanye tertentu dengan peningkatan atau penurunan dukungan. Strategi kampanye mungkin tidak memiliki korelasi langsung dengan peningkatan atau penurunan dukungan. Keberhasilan strategi kampanye mungkin tidak selalu tercermin dalam dukungan pemilih.

Pengaruh Berita Palsu

Menyimpulkan bahwa penyebaran berita palsu memiliki dampak langsung yang besar terhadap preferensi pemilih. Sulit untuk menilai secara pasti dampak berita palsu terhadap preferensi pemilih. Sulit untuk menentukan seberapa besar pengaruh berita palsu terhadap opini pemilih.

Pola dalam Kegiatan Sosial

Mengasumsikan bahwa kegiatan sosial atau budaya tertentu memiliki keterkaitan langsung dengan dukungan politik. Kegiatan sosial atau budaya mungkin tidak memiliki kaitan langsung dengan dukungan politik. Kegiatan sosial atau budaya sering kali terisolasi dari dinamika politik yang lebih luas.

Pengaruh Isu Internasional

Menafsirkan perubahan dalam politik internasional sebagai faktor yang mempengaruhi dinamika pilpres. Isu internasional mungkin tidak selalu mempengaruhi dinamika pilpres secara langsung. Isu internasional mungkin memiliki pengaruh yang lebih terbatas pada pemilih lokal.
Untuk membantah kasus apophenia dengan pendekatan yang lebih rinci:

Memastikan Ini Bukan Apophenia

Pendekatan Komputasional

Algoritma komputer dapat menganalisis kumpulan data besar untuk mengidentifikasi pola yang valid. Misalnya, dalam kasus apophenia finansial, algoritma machine learning dapat digunakan untuk menentukan apakah pola dalam data pasar saham memang memiliki dasar statistik atau hanya kebetulan. Ini mengurangi bias manusia dan memberikan analisis yang lebih objektif.

Analisis Visual

Dalam pareidolia, teknik visualisasi data dapat membantu menunjukkan bahwa pola yang tampaknya terlihat adalah hasil dari kebetulan visual. Misalnya, menggunakan perangkat lunak untuk memvisualisasikan distribusi titik-titik di suatu gambar dan menunjukkan bahwa tidak ada pola sebenarnya.

Pendekatan Fisik atau Geometris

Dalam kasus di mana orang percaya mereka telah menemukan pola dalam formasi geografis atau arsitektur, menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip fisik atau geometris dasar dapat menghasilkan formasi tersebut secara alami, tanpa adanya intervensi atau makna tersembunyi.

Pendekatan Filosofis atau Logis

Menggunakan argumen logis untuk menantang interpretasi spekulatif atau subjektif. Misalnya, dalam kasus apophenia dalam sejarah, menggunakan logika untuk menunjukkan bahwa kejadian historis yang tampaknya terhubung mungkin hanya berdasarkan kebetulan waktu atau lokasi, bukan karena ada hubungan sejarah yang sebenarnya.

Akhirnya..

Dalam merenungkan apophenia dalam konteks pemilu Indonesia, kita diingatkan betapa pentingnya berpikir kritis dan objektif. Sementara pola dan hubungan mungkin tampak nyata pada pandangan pertama, penting untuk mengevaluasi kembali dengan data dan metode analisis yang solid.

Kita perlu menyadari bahwa apophenia dapat mempengaruhi interpretasi kita, baik dalam konteks politik maupun kehidupan sehari-hari. Kita harus berhati-hati untuk tidak terjebak dalam jaring ilusi yang dihasilkan oleh pikiran kita sendiri. Dengan mengakui dan memahami apophenia, kita bisa menjadi konsumen informasi yang lebih bijaksana, terutama dalam suasana yang sering kali bergejolak dari pemilu. Akhirnya, pemahaman ini bukan hanya tentang melihat data dan peristiwa secara lebih jernih, tetapi juga tentang menjadi bagian dari proses demokrasi yang lebih sadar dan melek informasi.

Day Milovich

Webmaster, artworker, penulis, konsultan media, tinggal di Rembang dan Semarang.