in

Anggiasari: Industri Kreatif Berbasis Budaya Perlu Dikembangkan

SEMARANG (jatengtoday.com) – Hampir di setiap wilayah Indonesia memiliki kultur yang khas dan kuat. Berbagai macam kreativitas berbasis budaya lokal memiliki keunikan tersendiri. Namun potensi ini seringkali tidak disadari, sehingga industri kreatif berbasis budaya belum sepenuhnya mampu berkembang.

Aktivis Difabel, Anggiasari Puji Aryatie menilai potensi industri kreatif berbasis budaya di setiap wilayah harus didongkrak agar mampu berkembang. Apalagi kemajuan teknologi yang pesat saat ini telah mendukung.

“Maka harus dimanfaatkan secara positif oleh generasi muda untuk membangun iklim ekonomi. Industri kreatif berbasis budaya menjadi salah satu opsi yang sangat berpeluang untuk dikembangkan,” ungkap
Anggia kepada wartawan, Kamis (21/3/2019).

Dikatakannya, di era yang penuh dengan persaingan ketat seperti saat ini, generasi muda dituntut untuk terus berinovasi sesuai dengan potensi. Bahkan setiap orang memiliki peluang yang sama. “Maka saya mendorong kreativitas generasi muda untuk menciptakan peluang bisnis sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki,” ujarnya.

Dia mencontohkan, banyak generasi muda di Yogyakarta telah mengembangkan industri kreatif budaya lokal. Misalnya kerajinan kulit.
Bahkan pasar dari produk tersebut sudah mendunia, tentu dengan memanfaatkan teknologi informasi.

“Banyak pengrajin kulit dari kalangan anak muda. Produknya sudah merambah pasar internasional, tentunya dengan memanfaatkan teknologi dan penjualan online,” ungkap politisi muda dari Partai NasDem, yang juga menjadi Caleg DPR RI penyandang disabilitas ini.

Menurut Anggia, pelaku industri kreatif dan seniman harus memiliki wadah untuk saling berbagi pengetahuan tentang seni dan budaya. Dengan demikian, pengetahuan baru terus berkembang, sekaligus nilai budaya agar tetap terlestarikan di tengah kemajuan zaman.

“Yogya sangat terbuka untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Teman-teman muda ini menggali dan belajar dari para senior yang sudah menekuni bisnis kerajinan dan industri kreatif. Kemudian dikembangkan sesuai sesuai dengan perkembangan dan dinamikanya saat ini,” imbuhnya.

Tiga hal yang perlu didorong, pertama, iklim usaha dan perdagangan harus nyaman. Sebab, hal itu berdampak terhadap terbukanya lapangan pekerjaan. Kedua, peningkatan kapasitas para pelaku industri kreatif melalui pelatihan dan pendampingan. “Ketiga adalah memperluas jaringan pasar,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, Anggia melihat potensi lain adalah kreativitas kaum difabel dalam
industri kreatif berbasis budaya ini juga tidak kalah menarik. Hampir di setiap daerah, banyak produk kerajinan hasil kreativitas dari warga difabel.

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, untuk meningkatkan program UMKM hingga ekspor perlu perhatian dan support dari pemerintah.

“Pertama, support pembiayaan. Kedua, bagaimana mempersiapkan keterampilan dan SDM pelaku UMKM,” katanya.

Ketiga, pemerintah juga harus memberikan akses pengembangan pemasaran secara serius. Sehingga produksi ekspornya meningkat. “Selama ini, UMKM masih terkendala jaringan distribusi dan logistik. Salah satunya pembiayaan transportasi ekspornya,” katanya. (*)

editor : ricky fitriyanto

Abdul Mughis