SEMARANG – Di era yang serba digital saat ini, tak banyak tokoh atau kelompok yang peduli terhadap kesenian daerah. Karena itulah, mantan Pangdam Diponegoro Mayjend TNI (Purn) Sunindyo, memrakarsai pertunjukan berbagai kegiatan seni dan budaya Jawa, di tengah-tengah arena Car Free Day di Jalan Pahlawan Semarang, Minggu (5/11) pagi.
“Di era digital seperti sekarang ini, anak-anak serta remaja kurang begitu tertarik memperhatikan kesenian daerah seperti wayang ini. Karena itulah kita mencoba menampilkan berbagai kesenian menarik berbasis wayang ini di tengah masyarakat, ternyata sambutannya antusias. Ini melegakan kita, kesenian daerah masih sangat diminati. Hanya pertunjukannya mungkin perlu dikemas lebih menarik,” tandas bakal calon Wakil Gubernur Jawa Tengah ini.
Memang benar. Ratusan pengunjung CFD tampak senang melihat berbagai pertunjukan berbasis wayang yang digelar Sanggar Lengkhong Kopilathe bersama tim kesenian Universitas Negeri Semarang. Dengan durasi singkat, berbagai atraksi digelar. Mulai wayang kulit dengan dalang cilik, goro-goro Punakawan, tari Gambyong hingga tari Bambang Cakil. Yang menarik, baik penari hingga penabuh gamelan adalah anak-anak dan remaja. “Anak-anak muda ini sangat layak diapresiasi. Bakat mereka dan semangat nguri-uri kesenian Jawa luar biasa, di tengah gencarnya industri digital dan gadget,” papar Sunindyo.
Acara tersebut sengaja digelar untuk memperingati ditetapkannya wayang kulit oleh Unesco sebagai warisan mahakarya dunia seni bertutur pada 7 November.
Muhammad Akbar, mahasiswa Undip, warga Jalan Majapahit yang menyaksikan acara mengaku kagum dengan acara tersebut. “Menarik acaranya. Pengenalan budaya kepada generasi muda karena kebanyakan pengunjung CFD ini kan anak muda,” katanya. (*)