SEMARANG (jatengtoday.com) — Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyebut bahwa dampak perubahan iklim semakin dirasakan para nelayan dan masyarakat pesisir di pantai utara Jawa Tengah.
Sebenarnya hampir semua kabupaten kota yang berada di pesisir dihadapkan pada masalah perubahan iklim yang tak mudah diselesaikan. Di Jateng sendiri ada belasan kabupaten kota yang masuk dalam wilayah pesisir utara.
Saat ini, KNTI bersama Perkumpulan Inisiatif telah menyusun peta masalah, dampak, dan solusi dari permasalahan perubahan iklim di empat lokasi, yakni Kota Semarang, Demak, Pekalongan, dan Pemalang.
Perwakilan DPP KNTI, Chuldyah J Harsindi mengungkapkan, ada banyak dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh masyarakat pesisir dan nelayan.
Mulai dari banjir rob, abrasi pantai, penurunan muka tanah, air gampang masuk ke rumah, aktivitas sosial ekonomi terganggu, dan lain sebagainya.
Selain itu, perubahan cuaca yang tidak menentu dari waktu ke waktu sangat dirasakan. Tahun 1990-an belum ada istilah rob, tetapi kini rob hampir terjadi setiap hari dan durasi genangnya 3–8 jam setiap hari.
“Itu masalah yang dirasakan selama ini,” ujar Chuldyah saat paparan dalam diskusi daring bertajuk ‘Deseminasi Hasil Kajian Akuntabilitas Keuangan untuk Perubahan Iklim di Komunitas Nelayan Utara Jawa Tengah’, Senin (31/1/2022).
Baca Juga: Pembangunan Tol Tanggul Laut Molor, Ini Penjelasan Pemkot Semarang
Kata dia, masyarakat pesisir dan nelayan mempunyai usulan program untuk menghadapi perubahan iklim. Usulan disesuaikan dengan masalah yang terjadi di suatu daerah.
Di Kota Semarang diusulkan pembangunan tanggul laut dan garis pengaman pantai. Di Demak diusulkan adanya zonasi penggunaan pantai dan tanggul pemecah ombak. Adapun di Kota Pekalongan diusulkan adanya pompa dengan ukuran besar untuk reaksi cepat ketika terjadi banjir rob. (*)
editor : tri wuryono