in

Algoritma dan Keputusan untuk Orang Lain

Benarkah kamu menyukainya? Direct message (DM) ke kawan saya? Klik gambar lonceng untuk subscribe channel YouTube? Baca artikel terkait? Bagikan? Tulis review singkat? Scroll terus ke bawah. Beri bintang 5? Menulis sebebas yang saya suka? Membagikan foto dan link?

Tunggu. Benarkah semua yang saya lakukan di atas, untuk diri saya sendiri?

Kita memilih berdasarkan pilihan yang tersedia. Bukan bebas-sama-sekali. Ilusi kebebasan.

Pilihan yang tersedia itu menciptakan pengalaman. “Berdasarkan pengalaman Anda memakai aplikasi ini, bagaimana penilaian Anda?”. Beri bintang. Atau feedback, tuliskan review Anda di sini. Mendaftar dengan mudah. Gunakan Gmail, media sosial, dst.

Kita melakukan pilihan teratur, perusahaan komersial menjual pengalaman-palsu dan ilusi kebebasan-memilih itu. Setiap saat.

Menonton indoxxi, memilih rute dengan Google Map, memesan makanan dari Grab Food, membeli dari Tokopedia dan Shopee.

Kita memberikan “feed” dan memasok data. Untuk orang lain. Bukan sekadar data-diri (yang sering membuat kita merasa aman karena data itu palsu) dan pengalaman. Statistik anonimus.

Bukan hanya secara suka rela (dengan memakai PlayStore, misalnya), namun juga secara tak-sadar: ini lokasi saya, ini warna pilihan saya, dst. Jalinan data tanpa-akhir. Penghubung miliaran orang.

Algoritma untuk semua orang. Miliaran orang menjadi pasukan sukarela yang menguji “before-after”, pemakai aplikasi gratisan, bagian dari statistik, dalam skala massal, konstanta yang tak-terlihat dari perspektif pemakai.

Personalisasi yang terdapat dalam setiap pilihan (sebagai konsumen), bukan untuk “saya” sebagai konsumen, melainkan untuk mengukur keputusan “saya”. Perusahaan komersial melihatnya di antara yang lain, menuju keputusan besar berikutnya.

Keputusan kita diarahkan. Kamu bertemu dengan “black design”. Aplikasi Facebook yang memberikan kehausan atas penghargaan atas interaksi, yang dipicu dengan pengingat dan pemberitahuan, tanda dari orang lain, dan sapaan mesin. Amazon memaksa kamu mencari, bukan memilih menu. Sebagaimana Facebook dan Google, yang terlihat paling atas adalah content dari pengiklan.

Keputusan yang kamu buat, dalam memakai, selain palsu, sebenarnya adalah keputusan untuk orang lain.

Kalau kamu hanyalah 1 dari 400 orang yang menyukai content A, maka content A menjadi tawaran untukmu. Kamu melakukan interaksi, demi orang lain. Kata yang kamu ketikkan di YouTube, akan menjadi “pilihan” bagi orang lain, dengan pemberitahuan, “Kawanmu menyukai ini..” atau “Ini video terpopuler di tempatmu”.

“Butterfly effect” terjadi. Algoritma berjalan. Mesin uang diputar.

Pilih “Cancel” atau “OK” (yang bisa diganti dengan “Lain kali” dan “Coba”), di toko online, misalnya, mempengaruhi perdagangan dan perputaran uang. Review, Like, Decline, apa saja label yang ditawarkan, atas bantuan baik-hati para konsumen, berpengaruh sekali.

Apa yang kamu pilih, ternyata untuk orang-lain.

Manakah pengalaman “saya”? Mana otentisitas “saya”?

Ketika klik “Kirim” terjadi, kamu menjadi seorang kawan, ataukah konsumen?

Day Milovich,,