in

Alasan Mengapa Jalan Tol Justru Berpotensi Macet saat Mudik Lebaran

Kebanyakan orang masih beranggapan bahwa Jalan Tol adalah jalur bebas hambatan yang menjadi pilihan favorit bagi pemudik. Anggapan itu tidak selamanya benar.

Foto udara suasana antrean kendaraan pemudik dari arah Jakarta yang akan memasuki Gerbang Tol Kalikangkung, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (27/4/2022). (antara foto/aji styawan)

SEMARANG (jatengtoday.com) – Tradisi mudik Lebaran 2023 tak lama lagi tiba. Jutaan orang dari kota besar akan bergerak menuju kampung halaman. Hal ini membuat arus lalu-lintas mengalami puncak kesibukan. Berbagai potensi kemacetan, kecelakaan, hingga kriminalitas pun dipatut diwaspadai saat mudik lebaran.

Berdasarkan hasil Survei Potensi Pergerakan Masyarakat selama masa libur Lebaran 2023 (Idul Fitri 1444 H) yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan menyebut bahwa Tol Trans-Jawa masih akan menjadi jalur favorit untuk arus mudik Lebaran 2023. Diperkirakan, jalan tol tersebut akan dilintasi kurang lebih 9,2 juta orang saat mudik lebaran tahun ini.

“Tingginya potensi pergerakan masyarakat di masa mudik tahun ini salah satunya karena pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sudah tidak diberlakukan,” kata Wakil Ketua Bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno, Senin (27/3/2023).

Dikatakannya, survei Kemenhub yang dilaksanakan secara daring pada 28 Januari 2023 hingga 18 Februari 2023 tersebut memetakan, daerah tujuan terbanyak selama arus Lebaran 2023 adalah Provinsi Jawa Tengah, yakni 32,75 juta orang atau 26,45 persen.

“Pilihan moda masih didominasi mobil pribadi 27,32 juta orang atau 22,07 persen dan sepeda motor 25,13 juta orang atau 20,30 persen. Jalur utama yang dipilih pengguna mobil didominasi Tol Trans-Jawa yakni 9,2 juta orang,” katanya.

Dikatakannya, perjalanan melewati jalan tol atau bebas hambatan tidak selalu lebih lancar. Sebab, banyaknya pengguna jalan yang memilih jalan tol justru berpotensi terjadi kemacetan di jalan tol.

“Pemudik sering memandang akses tol itu cepat. Akhirnya, sebagian besar memilih tol, sehingga pergerakan di tol menjadi lambat. Di sisi lain, area istirahat di tol kerap penuh dan menjadi sumber kemacetan,” ungkapnya.

Lalu-lintas kendaraan yang melewati jalan tol akan di atas kondisi normal. “Pemudik sebaiknya tidak hanya mengandalkan jalan tol, tetapi memilih jalur-jalur alternatif untuk menekan risiko kemacetan panjang di ruas tol,” katanya.

Maka masyarakat bisa mempertimbangkan penggunaan Jalan Arteri, seperti Pantura dan pansel Jawa.

“Pada arus mudik tahun 2022, penggunaan Jalan Arteri Pantura Jawa tergolong relatif lebih lancar ketimbang jalan tol,” katanya.

BACA JUGA: Jokowi Resmikan Jalan Tol Semarang-Demak

Sejauh ini, lanjut Djoko, penghubung jalur utara dan selatan Jawa belum bagus. Sehingga Jalur Pantura masih menjadi pilihan. Sedangkan Jalan Tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi) belum selesai dan rencana Tol Cigatas (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya-Cilacap) belum terealisasi.

“Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuhan) sudah dapat digunakan, mengurangi volume lalu lintas di Tol Cipali (Cikopo-Palimanan) dan Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) untuk kendaraan yang berasal dari Bandung akan ke Jateng, Jatim dan DI Yogyakarta,” katanya.

Menurutnya, pemerintah perlu mengantisipasi peningkatan arus mudik Lebaran tahun ini dengan menambah fasilitas di tempat istirahat atau rest area dengan dilengkapi fasilitas seperti toilet dan lain-lain.

“Jumlah toilet untuk perempuan harus lebih banyak dari jumlah toilet untuk laki-laki,” katanya.

Di samping itu, lanjut dia, juga perlu penambahan tempat-tempat istirahat di luar jalan tol yang masih berdekatan dengan pintu tol. Hal itu untuk mengantisipasi agar tidak terjadi pemanfaatan bahu jalan tol untuk beristirahat yang memicu kemacetan.

“Bahu jalan tol harus bersih dari lalu lintas kendaraan yang tidak diizinkan. Bahu jalan tol digunakan untuk aktivitas darurat,” katanya.

Salah satu contoh rest area yang berlokasi dekat dengan pintu tol bisa dilihat daerah Salatiga. “Kurang dari 500 meter sudah berjajar sejumlah rumah makan hingga SPBU dengan halaman parkir kendaraan yang mencukupi untuk kendaraan pengunjungnya,” katanya.

Di jalan alternatif, jalan provinsi di Jawa Tengah yang sudah tersedia rest area di luar tol salah satunya Rest Area Kopeng, terletak di ruas Jalan Boyolali-Selo-Magelang, dekat pertigaan Salatiga.

“Jika pemudik keluar pintu Tol Salatiga akan menuju Magelang lewat jalur ini dapat beristirahat menikmati suasana alam pegunungan,” ujarnya.

Menariknya, Rest Area Kopeng ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dengan melibatkan masyarakat setempat untuk mengisi sejumlah gerai yang disediakan.

“Sekarang sedang dalam tahap penyelesaian pekerjaan dan diharapkan sebelum masa mudik Lebaran 2023 sudah bisa digunakan. Rest area seperti ini bisa sebagai contoh pengembangan ekonomi kerakyatan dan dapat dibangun di jalan provinsi yang lain,” ungkapnya.

Jika rest area masih penuh, lanjutnya, pengguna jalan bisa keluar tol untuk cari alternatif tempat istirahat dan selanjutnya masuk lagi ke tol. “Biaya keluar-masuk tol tidak akan lebih mahal,” imbuh dia.

Idealnya, kawasan rest area memisahkan antara ruang parkir dengan ruang aktivitas. Sejumlah rest area yang baru dibangun sudah seperti ini. Bahkan ada rest area yang menyediakan tempat istirahat bagi pengemudi truk.

“Misalnya Rest Area dikelola PO Bus Rosalia Indah yang terletak di Km 319 jalur B Kabupaten Pemalang. Disediakan pula kamar mandi dengan dilengkapi shower air hangat,” katanya.

Namun masih ada juga rest area yang kurang aman dan nyaman bagi pengguna jalan. “Terutama di rest area yang terletak di ruas jalan Tol Jakarta – Merak. Berdasarkan informasi yang saya terima dari salah satu sopir truk, perlengkapan kendaraan seperti ban bisa hilang,” ujarnya. (*)