in

Aksi Para Penyelamat Ketika Berjibaku Dalam Insiden Tabrakan Maut

SEMARANG (jatengtoday.com) – Para penyelamat berseragam oranye itu selalu siaga selama 24 jam penuh setiap hari. Seperti tak kenal lelah. Mereka selalu sigap dan cepat menyambangi masyarakat yang sedang mengalami keadaan berbahaya. Bencana alam, gempa bumi, tanah longsor, banjir, orang tenggelam, kapal tenggelam, kecelakaan karambol hingga kecelakaan pesawat.

Mereka adalah para personel Badan SAR Nasional (Basarnas) atau badan pencarian dan pertolongan. Di balik kesigapan dan ketangguhannya, para penyelamat memang terus dilatih agar terampil melakukan penanganan dalam berbagai kondisi. Pelatihan tersebut salah satunya melalui simulasi.

Seperti halnya simulasi penanganan kecelakaan menggunakan metode penanganan khusus atau Vehicle Accident Rescue (VAR) di Mess Kantor Basarnas Semarang, Rabu (11/9/2019) sore.

Seringkali kecelakaan “karambol” menjadi momok paling menakutkan bagi pengendara di jalanan. Belasan hingga puluhan orang tak jarang menjadi korban luka maupun meninggal. Kecelakaan karambol menjadi salah satu kasus yang membutuhkan penanganan khusus. Karena korban sering dalam kondisi tragis. Kendaraan terguling, terbakar, hingga kondisi korban tergencet di dalam mobil yang ringsek.

“Simulasi ini untuk menguji Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penanganan kecelakaan khusus seperti kecelakaan karambol. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan para rescuer dalam evakuasi terhadap kecelakaan dengan menggunakan penanganan khusus,” terang Kepala Basarnas Jawa Tengah, Aris Sofingi.

Selain itu juga bertujuan untuk koordinasi dan kerjasama antara pejabat pengendali operasi, posko dan para petugas pengendali di lapangan. “Penanganan khusus sepetrti ini dilakukan untuk menangani kejadian khusus seperti kecelakaan karambol. Artinya, bersifat tidak bisa ditangani oleh instansi lain, karena memerlukan SOP khusus dan peralatan khusus,” ungkapnya.

Aris menyebut, penanganan khusus ini telah dilengkapi dengan peralatan khusus, meski secara umum masih perlu dilakukan peningkatan peralatan lain. Dalam penanganan khusus tersebut diperlukan kejelian dan ketelitian. “Setiap kejadian khusus memiliki potensi kesulitan yang berbeda-beda. Kendala yang biasanya terjadi apabila memerlukan kendaraan berat untuk evakuasi,” katanya.

Sejauh ini, lanjut Aris, potensi kesulitan dalam penanganan kecelakaan karambol misalnya ada kendaraan yang tertimpa kendaraan lain. Sehingga penanganannya membutuhkan peralatan berat untuk proses evakuasi.

Jalur darat di Pantura Jawa Tengah memiliki potensi kecelakaan karambol cukup tinggi. Baik di medan jalan tanjakan, turunan. Biasanya potensi rem blong cukup tinggi. Termasuk di sepanjang jalan tol. “Luasnya wilayah kerja Kantor SAR Semarang meliputi 35 kabupaten/kota, dengan memiliki empat Pos SAR sebagai perpanjangan tangan. Masing-masing Pos SAR memiliki 25 personel. Jumlah total 125 personel. Jumlah tersebut tentu masih sangat jauh dari ideal mengingat luas wilayah Jawa Tengah. Kalau idealnya (masing-masing pos) kurang lebih 250-300 personel,” bebernya.

Selain itu, Basarnas tidak hanya menangani pencarian dan pertolongan di wilayah darat, namun juga wilayah laut. Mulai dari perairan perbatasan Jawa Barat hingga Jawa Timur, pantai utara Laut Jawa hingga ke perairan Masalembo, Karimunjawa.

Atas keterbatasan personel tersebut, lanjut Aris, sejauh ini bisa berjalan maksimal karena dibantu oleh berbagai pihak.

Berdasarkan SOP, waktu maksimal adalah 28 menit dari laporan, tim SAR harus telah bergerak dari kantor. “Karena memang membutuhkan persiapan peralatan. Jarak lokasi kejadian dari Kantor SAR juga bervariasi. Sedangkan untuk layanan pengaduan atau laporan, masyarakat bisa mengakses layanan emergency dengan nomor telepon 115 secara gratis.” terangnya. (*)

editor : ricky fitriyanto

Abdul Mughis