SEMARANG (jatengtoday.com) – Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal Semarang sejauh ini dinilai belum sesuai harapan. Proses distribusi air bersih belum maksimal. Indikasi utamanya, masih banyak warga mengeluhkan pelayanan PDAM yang sering macet alias tidak lancar.
Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang, Joko Susilo, mengaku masih banyak menerima keluhan dari masyarakat terkait PDAM. “Di antaranya warga mengeluh PDAM airnya keruh dan aliran air untuk sebagian pelanggan PDAM tidak lancar,” katanya.
Senin (6/1/2020), Komisi B mengundang PDAM Tirta Moedal Semarang dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk menggelar rapat peningkatan kinerja di ruang Komisi B DPRD Kota Semarang.
“Kami meminta agar PDAM lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terutama dalam hal peningkatan kualitas dan optimalisasi produksi air untuk kebutuhan masyarakat,” katanya.
Banyaknya keluhan dari masyarakat, kata dia, menunjukkan bahwa kinerja PDAM belum maksimal. “Bahkan ada juga keluhan, selama tiga hari hanya mengalir satu kali. Kasihan masyarakat kalau hal ini berkepanjangan. Maka mulai hari ini kami minta kinerja PDAM harus ditingkatkan,” ujarnya.
Berdasarkan penjelasan PDAM dalam rapat tersebut, lanjut Joko, ada beberapa penyebab yang mengakibatkan munculnya sejumlah permasalahan. Di antaranya faktor alam. Jika hujan, sampah menumpuk khususnya di Kaligarang, sehingga PDAM kesulitan untuk produksi air.
Selanjutnya, menurut Dirut, PDAM juga terkendala sering mati listrik (PLN), sehingga pihaknya telat produksi air untuk kebutuhan masyarakat,” katanya.
Dirut PDAM Yudi Indarto, mengakui memang masih ada beberapa aliran yang belum lancar, terutama di daerah- daerah Selatan yang airnya sering mati. Menurut dia, untuk permasalahan tersebut kuncinya harus meningkatkan kapasitas produksi air.
“Sesuai rencana, 2020 ini, kami akan membangun Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) baru di Pudakpayung dan SPAM di Muktiharjo,” katanya.
Pihaknya akan lebih memfokuskan untuk peningkatan kualitas layanan. Sehingga pihaknya tidak agresif untuk menambah pelanggan baru sebelum bisa memenuhi target produksi air. Sebab, menurut Yudi, sejauh ini masih banyak kendala. Di antaranya terkait sering matinya listrik sehingga berdampak pada jumlah produksi air.
“Kami sudah membicarakan dengan PLN untuk menaikkan instalasi premium. Sehingga tidak satu sumber jaringan yang masuk. Jika ada jaringan yang mati, harapannya nanti memiliki jaringan lain yang tetap hidup,” katanya.
Sejauh ini, lanjut dia, pompa artetis otomatis mati apabila PLN mati. “Apalagi jika genset di Kaligarang mati, padahal produksinya 1.000 liter per-detik. Sehingga satu jam saja air mati, maka akan berimbas pada kelancaran air untuk pelanggan,” ujarnya. (*)
editor : ricky fitriyanto