SEMARANG (jatengtoday.com) – Ahli matematika Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sutanto Sastroredja memberikan penilaian terkait langkah yang diambil pemerintah dalam menangani wabah corona.
Data terakhir kasus Covid-19 di www.corona.jatengprov.go.id menampilkan jumlah positif sebanyak 363, 268 orang dirawat, 80 sembuh, dan meninggal dunia sebanyak 45 orang.
Menurut dia, upaya memadukan cara-cara tradisional dengan yang berbasis ilmu pengetahuan belumlah cukup. Karena nyatanya sampai sekarang corona terkonfirmasi di Jateng juga masih ada dan terus bertambah. Tanto mengatakan dirinya telah menghitung secara matematis sejak kasus Covid-19 masuk ke Indonesia.
Menurutnya sampai saat ini dirinya belum pernah mendengar rencana aksi penanganan corona, minimal dalam jangka 100 hari. Padahal, lanjut dia, jika ada kalkulasi waktu yang jelas, tahapan-tahapan pencegahan bisa dilakukan secara presisi.
Bahkan menurut penghitungannya, jika upaya phsycal distancing dan karantina dilakukan dengan konsisten, maka pada 100 hari Covid-19 di Indonesia atau pada tanggal 10 Juni pagebluk ini akan berakhir.
“Ketika rencana aksi itu tidak ada maka bersiaplah menghadapi ini semakin lama. Langkah selanjutnya yang mesti diambil adalah penanganan berbasis desa. Khususnya penerapan jaring pengaman ekonomi, sosial,” tandasnya, Senin (20/4/2020).
Dari kacamatanya, Pemprov Jateng memadukan cara tradisional dan ilmu pengetahuan.
Dijelaskan, cara tradisional pertama yang dilakukan adalah dengan memberi pemahaman langsung kepada masyarakat secara door to door. Satu bulan sudah secara intens setiap hari, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo keliling bersepeda menemui masyarakat. Cara ini dianggap memiliki efektivitas yang tinggi dalam menerapkan langkah preventif.
“Karena setelah melakukan itu Ganjar langsung menyebarkan di media sosial sehingga pembelajarannya bisa dinikmati masyarakat luas, bahwa Corona ini bukan hanya membahayakan diri secara personal tapi seluruh masyarakat,” katanya.
Langkah tradisional itu dilengkapi dengan komunikasi intens dengan kepala desa di seluruh Jawa Tengah. (*)
editor: ricky fitriyanto