in

20 Rumah Sakit di Semarang Nyaris Penuh, 400 Kamar Tambahan Disiapkan

SEMARANG (jatengtoday.com) – Bed Occuppancy Rate (BOR) atau tingkat penggunaan tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19 di Kota Semarang mendekati 100 persen. Dari 20 rumah sakit rujukan perawatan pasien Covid-19 di Kota Semarang, hanya satu rumah sakit yang memiliki BOR di bawah 80 persen.

Kondisi ini membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang harus menyediakan tempat tambahan untuk pasien Covid-19 yang dirawat.

“Saat ini kami telah membuka 100 kamar tidur tambahan di Balai Diklat Kota Semarang di wilayah Ketileng. Minggu depan, diperkirakan mampu menyiapkan 400 kamar tidur tambahan yang tersebar di beberapa titik. Di antaranya, 100 kamar di salah satu Rumah Sakit baru yang akan beroperasi, 200 tempat tidur di asrama mahasiswa UIN Walisongo, serta 100 tempat tidur di kawasan Pantai Marina,” kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Minggu (20/6/2021).

Dikatakannya, tempat tambahan tersebut difasilitasi sarana prasarana untuk menunjang operasional ruang karantina. Selain itu, pihaknya memastikan akan menambah relawan tenaga kesehatan beserta dukungan logistik untuk perawatan pasien. “Hingga saat ini relawan yang akan bergabung sebagai tenaga kesehatan disiapkan bisa mengcover tiga tempat tambahan termasuk logistik dan konsumsi,” terangnya.

Dia berharap situasi segera membaik, sehingga ke depan tidak perlu lagi menambah tenaga kesehatan beserta ruang isolasi. “Tetapi apabila memang diperlukan, kami akan mencari relawan tambahan tenaga kesehatan,” kata dia.

BACA JUGA: RSUD Wongsonegoro Penuh, Pasien Positif Berat dan Kritis Antre di IGD  

Berdasarkan catatan Pemkot Semarang, hingga saat ini, dari 20 rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Semarang, hanya satu rumah sakit yang memiliki BOR di bawah 80 persen, yakni RS Amino Gondohutomo sebesar 78 persen. “Hal itu karena rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tersebut memang baru dibuka minggu lalu sebagai RS Darurat,” katanya.

Sedangkan dari tiga rumah karantina yang sudah beroperasi selama ini, hanya satu rumah karantina dengan BOR di bawah 80 persen. “Hal ini membuat masyarakat cukup kerepotan dan isolasi mandiri menjadi pilihan saat ini,” ujarnya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto