SEMARANG (jatengtoday.com) – Ribuan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Askhabul Kahfi Mijen, Kota Semarang dipulangkan lebih cepat dari jadwal libur semestinya. Langkah tersebut diambil sebagai upaya antisipasi penyebaran wabah yang belakangan ini merebak. Namun kebijakan ini dikecualikan bagi santri yang tinggal di daerah zona merah (berisiko tinggi) dan di luar Pulau Jawa.
Pengasuh Ponpes Askhabul Kahfi KH Masruchan Bisri menyatakan, pertimbangannya melihat perkembangan terkini dan demi keselamatan dan keamanan para santri serta lingkungan masyarakat sekitar.
“Ini juga wujud kehati-hatian, karena pesantren kami memiliki jumlah santri yang sangat banyak dan rentan penyebaran Covid-19. Jika sudah ada 1 santri yang terindikasi, maka yang lainnya kemungkinan juga terpapar,” kata KH Masruchan Bisri, dalam siaran persnya, Kamis (2/4/2020).
Selain itu, pihaknya juga mempertimbangan berbagai instruksi, surat edaran serta imbauan tentang pencegahan penyebaran Covid-19 yang diterima mulai dari Instruksi Presiden, Kemendikud, Kemenag, PBNU, RMI NU serta Majelis Pengasuh Pondok Pesantren Indonesia (MP3I).
Proses pemulangan para santri yang berjumlah sekira 2.300 orang dijadwalkan secara bertahap sejak 30 Maret 2020 hingga 1 April 2020. Tanggal 30 Maret (kelas VII SMP/MTS), 31 Maret (kelas VIII-IX SMP/MTs), dan 1 April (SMK/MA). Hal itu agar tidak memacetkan lalu lintas di jalan dan mengurangi kontak fisik para wali santri yang menjemput. “Aturannya, semua santri wajib dijemput oleh orang tua dan wali santri,” ujarnya.
KH Masruchan Bisri menambahkan, aturan ini diterbitkan dalam bentuk surat edaran dan maklumat yang berlaku mulai 30 Maret 2020 hingga 24 April 2020. Hal itu dengan catatan kondisi sudah normal. “Jika status masih darurat dan belum kondusif maka akan diperpanjang hingga dengan 31 Mei 2020,” imbuhnya.
Sementara itu, Lurah atau Pimpinan Pengurus Ponpes Askhabul Kahfi, M Rikza Saputra menambahkan, Ponpes juga menunda kegiatan khataman Alquran dan meniadakan Pengajian Haflah Akhirussanah yang biasanya digelar sebelum bulan Ramadhan. “Tidak semua santri dipulangkan. Mereka yang tak pulang terutama yang berasal dari zona merah wilayah Corona dan dari luar Jawa. Di antaranya Riau, Aceh, Palembang, Jambi, Lampung, Pontianak, dan Manado,” katanya.
Para santri yang tidak dipulangkan diterapkan karantina di ponpes. Jumlahnya sekira 200-an santri. Untuk para guru/ustad sementara ini masih diliburkan. “Tetapi wajib memantau dan memberikan tugas kepada para santri melalui model pembelajaran online. Sebab, kebijakan pemulangan ini bukan karena liburan tetapi karena darurat keadaan,” ujarnya.
Bagi para santri siswa SMP/MTS hingga MA/SMK, selama status darurat corona, ponpes menerapkan program mengaji online atau pembelajaran online. Yakni, setiap guru melalui wali kelas setiap hari memberikan tugas dan pembelajaran via Wali Santri dan di teruskan ke santri.
Selain itu, pesantren responsif sesuai protokol kesehatan yang diinstruksikan pemerintah, seperti penyemprotan desinfektan di kampus 1, 2 dan 3 yang didukung Lazis NU Care PCNU Kota Semarang dan Pemkot Semarang. “Selain itu, juga penyediaan hand sanitizer di berbagai titik, penyediaan bilik desinfektan bagi para tamu luar atau wali yang berkunjung, serta pengecekan suhu dengan alat detector suhu tubuh,” katanya. (*)
editor: ricky fitriyanto