SEMARANG (jatengtoday.com) – Sebuah ajang pertarungan bela diri tradisional akan digelar organisasi Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa.
Pertarungan pencak silat tersebut akan dihelat di Lapangan Olahraga Mangkang, Kecamatan Tugu, Semarang, mulai pukul 13.00. Tepatnya di lapangan samping kantor kelurahan Mangkang Kulon, Jalan Walisongo Semarang.
Ketua PSNU Pagar Nusa Kota Semarang Lukman Muhajir mengatakan pagelaran spesial tersebut diselenggarakan untuk memeriahkan Hari Lahir Pagar Nusa ke-33.
“Kami menyelenggarakan kegiatan ini dengan tujuan memasyarakatkan pencak silat,” katanya, saat rapat cheking akhir di Kantor PCNU Kota Semarang, Jalan Puspogiwang I/47 Semarang Barat, Sabtu (26/1/2019).
Dikatakannya, pencat silat sebagai seni tradisi asli Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Jangan sampai kalah populer dengan beladiri impor,” tuturnya
Lukman menjelaskan, Pencak Dor sebagai ajang adu kemampuan pencak antar pesilat yang tidak resmi. “Ini lebih sebagai acara budaya. Bila model pertandingan resmi IPSI, pesilat harus memakai alat pelindung tubuh (body protector). Waktunya diatur ketat maksimal tiga babak. Larangannya juga banyak. Dilarang memukul kepala, dilarang menendang kemaluan, dilarang membanting bila lawan mampu merangkul. Dilarang menjambak, dan sebagainya,” terangnya.
Sedangkan di Pencak Dor, semua diperbolehkan. Tanpa body protector, dan tidak dibatasi waktu. Asal pesilat masih mampu melawan, pertarungan dilanjutkan. “Wasit hanya memisah bila terjadi pergulatan lama, atau ada suasana emosional. Duel dihentikan apabila pesilat sudah menyerah, atau ada yang tampak kelelahan, atau terluka,” bebernya.
Arena duelnya hanya panggung dengan lantai kayu yang dilapisi karpet. Sedangkan pembatas arena dibatasi dengan ring persegi dari bahan bambu. “Untuk meminimalisasi potensi luka, lantainya dilapisi matras,” katanya.
Prinsip Pencak Dor, lanjutnya, adalah risiko ditanggung sendiri. Tidak boleh emosi, dan tidak boleh ada dendam. “Di atas panggung lawan, di bawah panggung adalah kawan,” ujarnya.
Di Jawa Tengah, kata dia, Pencak Dor ini belum begitu populer. Bahkan masih terbilang langka. Sebab model pertarungan “bebas” ini dikenal sebagai budaya persilatan Jawa
Timuran. “Di pondok-pondok pesantren atau padepokan silat di Jawa Timur, setiap tahun selalu diadakan Pencak Dor untuk meramaian acara ulang tahun atau Hari Besar Islam,” ujarnya.
Ketua Panitia Pencak Dor Kota Semarang Sulistya mengatakan, animo pegiat silat Semarang sangat besar. Pihaknya terpaksa membatasi maksimal 100 peserta yang diterima. “Rupanya event pertama di Semarang ini sudah viral di media sosial. Pendaftarnya membludak sebelum kami selesai membuat panggung. Terpaksa kami batasi 100 orang dan khusus untuk anggota Pagar Nusa,” kata dia.
Sulis berharap kegaiatan ini bisa diselenggarakan rutin setiap tahun. Dia berharap agar event selanjutnya bisa menerima peserta lebih banyak dan membuka untuk pesilat dari perguruan manapun selain Pagar Nusa. (*)
editor : ricky fitriyanto